Mohon tunggu...
suherman agustinus
suherman agustinus Mohon Tunggu... Guru - Dum Spiro Spero

Menulis sama dengan merawat nalar. Dengan menulis nalar anda akan tetap bekerja maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Komodo di Ambang Ancaman Kepunahan

26 Oktober 2020   12:48 Diperbarui: 26 Oktober 2020   13:21 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: indozone.id

Minggu, 25 Oktober 2020 viral diberbagi media sosial terkait gambar seekor komodo yang mencoba menghalangi sebuah truk proyek yang akan melintas di salah satu lokasi wisata di Pulau Rinca-Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sekadar untuk diketahui bahwa Pulau Rinca termasuk salah satu dari 10 tempat yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).

Untuk tujuan itu, maka sekarang diadakan pembangunan fasilitas secara besar-besaran sehingga pelayanan wisata semakin lebih mudah.

Gambar tersebut menimbulkan berbagai tanggapan yang berbeda-beda terutama di media sosial masyarakat NTT umumnya, khususnya masyarakat Manggarai. Bahkan menimbulkan perdebatan keras antara pendukung pembangunan fasilitas di kawasan tersebut dengan masyarakat yang menolak.

Dari kubu pendukung pembangunan, misalnya, mengatakan bahwa komodo tersebut mau melihat truk tersebut karena tidak pernah ada truk yang masuk ke kawasan tersebut selama ratusan tahun. Komodo merasa asing dengan bunyi truk lantas dia bergegas dan memantaunya.

Sementara kubu penolak pembangunan berkomentar bahwa komodo tersebut sedang marah karena keberadaan dan kehidupannya sedang terancam.

Penulis sendiri berada di barisan penolak pembangunan. Ada beberapa alasan kenapa saya harus menolak antara lain:

Pertama, kerusakan ekologi. Pembangunan toilet umum, kafe, pusat soufenir, dan fasilitas lainnya tentu saja merusakan kawasan konservasi tersebut. Segala biota yang hidup di dalam kawasan tersebut akan kehilangan tempat tinggal. Dan ruang gerak komodo juga akan semakin sempit.

Dalam konteks itu, penulis sangat setuju dengan komentar warganet bahwa komodo yang menghalangi truk proyek itu sedang marah. Komodo sangat terganggu dengan pembangunan tersebut.

Kalau komodo bisa bicara, barangkali mereka akan mengatakan seperti ini:

 "Tidak puaskah kalian (manusia) bahwa selama ini kami menyumbang begitu banyak terhadap APBD. Sudah ribuan dan jutaan wisatawan yang datang dan mengunjungi kami, namun hasilnya tidak untuk kami, tapi untuk pemerintah yang serakah dan tamak. Kami sudah berbaik hati namun kalian tak pernah menyadarinya. Kini dan hari ini, kami diancam dan perlahan-lahan disingkirkan dari sini."

Kedua, jumlah wisatawan berkurang. Canggihnya fasilitas yang akan dibangun di Pulau Rinca secara otomatis menaikan tiket masuk wisatawan. Seperti wacana Gubernur NTT, Viktor Laiskodat bahwa tiket masuk ke Taman Nasional Komodo (TNK) akan dinaikan dari Rp 350.000 menjadi RP 7,5 juta. Kenaikan harga tiket ini bisa saja mengurangi jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke Taman Nasional Komodo.

Ketiga, pembangunan fasilitas tersebut bertentangan dengan hakikat keberadaan Taman Nasional Komodo yang adalah kawasan konservasi. Artinya, kawasan tersebut harus tetap utuh dan alami. Kalau pun ada pembangunan, harusnya pembangunan tersebut bersifat ramah lingkungan dan tidak merusak.

Keempat, kepunahan Komodo. Dampak yang paling fatal yang bukan tidak mungkin bakal terjadi ke depan bahwa komodo yang ada di TNK dan Pulau Rinca akan punah.

Jika aktivitas manusia di kawasan konservasi semakin tinggi, maka komodo semakin tidak nyaman untuk hidup di kawasan tersebut. Kita tahu bahwa bahwa sifat dasar yang melekat di dalam diri manusia adalah suka merusak.

Semakin banyak manusia yang berada di kawasan konservasi samakin besar pula peluang untuk melakukan pengrusakan terhadap segala sesuatu yang selama ini menunjang keberlangsungan hidup komodo. Misalnya pembunuhan terhadap hewan makanan komodo seperti reptilia, babi hutan, rusa, dan lainnya.

Belum lagi banyak wisatawan yang membuang sampah secara sembarangan. Hal ini memang dilihat sederhana tetapi dampaknya sangat besar, yakni kepunahan komodo. Jika komodo punah maka manusia yang memusnahkannya harusnya juga dipunahkan hahaha. SEKIAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun