Mohon tunggu...
Suhari Ete
Suhari Ete Mohon Tunggu... Administrasi - Batam, Kepulauan Riau

Tidak akan ada langkah keseribu jika langkah pertama tidak dilakukan. Maka, melangkah, jangan tunda-tunda lagi..just do it!! Twitter :@suhariete

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Octa, Senpai Pemecah Mitos

4 Januari 2019   16:25 Diperbarui: 4 Januari 2019   16:48 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Pagi ini mendung, sepertinya akan turun hujan. Batamindo Muka Kuning gelap karena langit di tutup awan. Tapi di sana sudah ada seorang perempuan berdiri lengkap dengan seragam karatenya dengan sabuk hitam di pinggangnya. Namanya Octa, perempuan berdarah Palembang. Salah satu perempuan hebat yang saya kenal dan kisahnya singgah dicatatan saya.

Tak lama ternyata hujan turun juga membuat tubuh terasa dingin. Murid yang ditunggu Octa belum datang. "Kemungkinan mereka terjebak hujan dan berteduh" gumam Octa dalam hati.

Hujan masih deras. Dingin menusuk tulang. Lalu rasa rindu mengusik pikiran. Hujan memang seringkali mendatangkan rindu. Entah itu rindu pada mantan atau masa lalu yang penuh kenangan. Yah, dua hal yang selalu terkenang, entah itu indah atau bukan, yang pasti selalu bisa dijadikan pelajaran.

Ingatanya melayang pada tahun 1998. Waktu itu pelatihnya datang kerumahnya untuk meminta Ibunya agar menyiapkan uang untuk mengambil DAN I di Jakarta. Butuh biaya sekitar lima ratus ribu. Pada jaman itu uang segitu sangatlah banyak. Tapi karna memang dia sudah bertekad untuk bisa mengikuti ujian DAN I, akhirnya ia berhasil meyakinkan Ibunya agar bisa mengusahakan uang tersebut.

Saat itu bapaknya sudah wafat dan Octa menjadi anak yatim semenjak tahun 1994.  Abang Octa yang selalu mendukungnya untuk mengikuti pelatihan karate juga sedang sakit pada waktu itu hingga menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1997. Sehingga ibunyalah satu-satunya tulang punggung untuk membiayai hidupnya.

Pada tahun 1996 Octa sudah tamat SMA. Tapi ia baru merantau ke Kota Batam pada tahun 1999. Karena Octa masih ingin membantu ibunya merawat kakaknya yang sakit dan juga menyelesaikan pelajaran karate yang ia tekuni.

Karate sepertinya sudah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya. Walau dia seorang perempuan, tetapi ia membuktikan bahwa ia mampu melakukanya. Terbukti memang, di saat ia mengikuti ujian DAN I di kota Jakarta, ia lulus dengan nilai terbaik. Dan dia satu-satunya peserta perempuan dari Palembang disaat itu.

Kegiatan karate ini berlanjut sampai ia di kota Batam. Ia meneruskan bakatnya ini dan mengambil ujian DAN II pada tahun 2014. Dilanjutkan dengan ujian DAN III pada tahun 2018. Dan sekarang Octa sudah menjadi "Senpai" yang melatih anak-anak dan juga remaja. Bahkan juga ada orang dewasa dari serikat pekerja yang di latih olehnya dengan tujuan untuk kebutuhan bela diri karna seringnya pulang malam dan rawan kejahatan. Murid dia yang ini tergolong special, karena mereka sudah tergolong orang dewasa. Dan murid special yang inilah yang sedang ia tunggu saat ini di bawah hujan yang semakin lebat saja.

"Sepertinya hujan makin deras saja, mungkin tidak ada lagi yang datang. Kita lanjut saja latihanya ya" Octa berucap pada dua orang muridnya yang tadi sudah sempat datang duluan.

Octa, Senpai Pen" jawab mereka sambil membuka tangan yang di pangku sedari tadi karena kedinginan. Walaupun cuma dua orang yang datang, senpai Octa tetap melatih mereka dengan semangat. Dibawah atap dom Batamindo blok O mereka berlatih di bawah rintik hujan yang masih setia menemani.

Octa adalah perempuan hebat dan tangguh. Dia adalah wanita yang bekerja di sebuah perusahaan ternama di kota Batam, yaitu Panasonic atau sering di kenal dengan Sincom. Selain bekerja dia juga memiliki segudang kegiatan di luar. Salah satunya yaitu melatih murid-muridnya karate sebagai wujud pengamalan ilmu yang ia punya. Selain itu dia juga aktif di dalam organisasi serikat pekerja FSPMI. Di organisasi dia bergabung dengan garda metal dan juga mengurus bidang pemberdayaan perempuan di PUK tempat ia bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun