Perayaan Idul Fitri setahun sekali menyatukan banyak kepentingan warga masyarakat. Meski berkumpul sesama keluarga besar hanya dalam satu kota, suasana kemeriahannya selalu dirindukan. Terlebih bagi warga yang kembali ke kota asal, bertemu sesama perantau tapi beda kota/pulau. Bertemu pula dengan anggota keluarga yang betah menetap di kampung halaman.
Pulang kampung dan bersilaturahim dengan sanak-saudara yang lama tidak berjumpa, persiapannya menjadi ajang wisata belanja, pertemuannya menjadi ajang wisata kuliner, dan aktivitas ibadah jelang maupun sesudahnya menjadi syi'ar (menyampaikan ajaran dan nilai Islam kepada khalayak).
Khusus untuk suasana wisata kuliner, jangan bosan untuk selalu bertemu dengan hidangan utama khas Lebaran, yaitu 'opor ayam' dengan segenap pelengkapnya. Sangat khas, sebab tak jarang para ibu sangaja memilih ayam kampung meski harganya lebih mahal untuk dibuat opor.
*
Opor Ayam, jadi terasa menjadi sajian ikonik Lebaran. Tak lengkap rasanya merayakan Idul Fitri tanpa kehadiran opor ayam.
Biasanya, 'opor ayam' dinikmati bersama ketupat atau lontong, menjadikannya sajian utama yang selalu dirindukan setiap anggota keluarga saat Lebaran tiba.
Khusus opor ayam 'bumbu kuning' menjadi sangat nikmat menggunakan santan buatan langsung (sebutir kelapa tua diparut, dengan mesin pemarut di pasar atau toko sayur), daun salam, daun jeruk, batang serai, lengkuas, gula pasir, kaldu bubuk instan rasa ayam.
Tambahkan bumbunya, bawang merah, bawang putih, merica, ketumbar, jintan, biji pala, jahe, kunyit, kemiri, dan garam; ukurannya disesuaikan dengan porsi makanan yang dibuat. Â
Ketupat, menjadi semacam simbol suci pada hari kemenangan. Ketupat menjadi pendamping setia opor ayam yang wajib ada di meja makan saat Lebaran.
Dibuat dari bahan beras, dibungkus dengan anyaman daun kelapa (janur kuning), ketupat melambangkan kebersihan hati dan kesucian setelah menjalani ibadah puasa. Teksturnya yang kenyal dan lembut cocok menggantikan peran nasi.