Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Madu Saat Shaum, Jaga Nutrisi, dan Pilih Kojima

20 April 2021   22:18 Diperbarui: 20 April 2021   22:53 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kojima, Madu dengan tiga kebaikan, yaitu korman, jitan hitam, dan madu - www.tianlustiana.com

Madu merupakan makanan sehat. Penghasil madu merupakan satwa yang istimewa, yaitu lebah. Ia mengambil sari-sari bunga, lalu memprosesnya menjadi madu. Sejak berabad-abad silam, madu menjadi minuman sehat.  Raja-raja zaman dulu menjadikan madu sebagai minuman sehari-hari.

Mungkin zaman itu lebah madu sudah dibudidayakan.  Produksinya massal. Tetapi bukan tidak mungkin kualitas madu terbaik tetaplah madu hutan. Para pencari madu merupakan para pemberani. Sebab mereka harus menjejaki gunung dan hutan, di lereng dan tebing tinggi, bahkan di pohon-pohon yang tingginya menjulang ke angkasa. Nyawa taruhannya. Bukan saja karena medan yang teramat sulit di tempuh. Melainkan juga karena ancaman dari si lebah dengan sengatnya yang menyakitkan dan mematikan.

Sengat menjadi pertahanan terakhir untuk membela keberadaan ratu dan istana mereka, tetapi sesaat ketika sengat dilepaskan maka matilah si lebah, tanpa ada pilihan lain.

Dalam kehidupan modern, antara madu dan kegiatan shaum dapat disinkronkan untuk saling membutuhkan dan memenangkan. Madu itu sehat, shaum pun sehat. Ketika orang-orang yang sedang shaum menambah menu minuman mereka dengan madu maka eksehatan maksimal dapat dicapai.

*

Shaum merupakan cara terbaik untuk memperbaiki kondisi jasmani dan rohani. Dengan kata lain puasa pada tataran ibadah untuk untuk tujuan menjadi orang bertakwa, juga menjadi orang yang sehat secara rohani-mental-hati.

Untuk tujuan pertama, yaitu sekadar menahan lapar dan dahaga serta aktivitas persuami-isterian memang berat bagi yang belum terbiasa. Tetapi seiring berjalannya waktu orang jadi terbiasa. Menahan diri, untuk sesuatu yang halal dilakukan pada bulan di luar Ramadan, itulah ujian paling awal.

Kalau dalam tingkatan kesufian, itulah tantangan untuk tingkatan dasar, paling rendah, untuk anak-anak. Kelanjutan dari shaum gaya anak-anak yaitu adanya iming-iming makanan-minuman berbuka yang serba enak-banyak-mengundang selera. Belum tengah hari tapi bayangan apa yang hendak disantap pada waktu berbuka sudah di depan mata. Lapar dan dahaga jadinya tak terhayati dengan lebih baik. Ada oang yang karenanya melalai-lalaikan waktu dengan bermain, tidak menambah kuantitas dan kualitas ibadah maupun amaliah.

Meningkat pada tingkatan kedua, yaitu shaum khusus. Pada tingkatan ini bukan hanya menahan lapar dan dahaga serta bergaul dengan isteri pada siang hari; melainkan juga menjadi ujian segenap anggota tubuh maupun indera untuk ikut berpuasa.  Tingkatan ketiga untuk para sufi, yaitu shaum sangat khusus . Di sini orang tidak lagi berharap imbalan surga, melainkan semata mempraktikan ketakwaan dengan sebenar-benarnya takwa dilandasi oleh kecintaan kepada Alklah SWT dan Rasulullah SAW.

*

Penulis punya pengalaman tak terlupakan terkait dengan mau dan shaum. Ketika masih menjadi mahasiswa di Yogya, penulis singgah di kamar kost seorang teman kampus. Rencana tidak lama untuk segea pulang, karena waktu maghrib tinggal belasan menit lagi. Tapi mau mau dikata, pembicaraan dengan teman pun berlangsung seru. Bedug maghrib sudah dibunyikan.

Mau pulang tanggung, tidak pulang mau berbuka dengan apa. Teman yang tinggal di kost itu pun tidak punya sesuatu untuk membatalkan puasa. Kebiasaannya ia pergi ke warung nasi terdekat. Tiba-tiba ada seorang teman kost yang menawarkan sesuatu yang tak terduga.

"Berbuka saja pakai madu. Kebetulan ada temanku baru saja kembali dari kampung halamannya di NTB. Ia bawa madu satu jerigen kecil. . . . . !"

Penulis tidak punya pilihan. Gelas kecil disodorkan, penulis mengisinya setengah. Setengahnya lagi diisi dengan air tawar. Lalu diaduk rata. Dan "bismillah" minuman itu penulis minum.  Enak, manis, dan legit. Alhamdulillah.  "terima kasih menu berbukanya yang istimewa sekali. . . . . !'" ucap penulis kepada si mahasiswa dari Timur itu.  Tetapi beberapa saat kemudian kepala penulis terasa berputar, pusing. Badan panas, kulit seperti terbakar.

*

Pengalaman di atas memberi sebuah pemahaman bagi penulis : meski madu banyak khasiatnya tidak boleh sembarangan meminumnya. Takaran dan kandungan madu mesti dipastikan, dan disesuaikan dengan tujuan meminumnya.

Itu sebabnya kini banyak produk madu yang beredar di pasaran. Masing-masing merek mengunggulkan produk masing-masing.

Khusus untuk bulan Ramadan ini, ada satu merek yang patut dicoba. Namanya Madu Kojima. Produk ini memadukan antara kebaikan buah korma, jinten hitam (atau habbatussauda), serta madu. Minum saja pada saat berbuka, maupun pada saat sahur. Harapannya nutrisi tubuh selama shaum Ramadan terpenuhi dengan baik.  

Setelah itu rasakan manfaatnya, sebab Kojima efektif untuk meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan virus agar kita tidak mudah sakit, serta menambah nutrisi secara alami. Kalau selama kita belum membiasakan diri minum madu karena berbagai alasan, kini saatnya mencoba Kojima.  

Nah, itu sekadar pengalaman penulis mengenai madu. Pastikan kita pada produk madu pilihan terbaru yang perlu dicoba. Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 20 April 2021 / 8 Ramadan 1442
Sugiyanto Hadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun