Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kisah Kodok Hijau, Puteri Raja, dan Kutukan

11 Juni 2020   00:12 Diperbarui: 11 Juni 2020   00:21 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi si raja kodok - www.deviantart.com

Menulis dongeng merupakan salah satu kesukaan Bang Brengos kala muda. Dongeng itu gaya bercerita yang sangat imajinatif dan bebas, siapa saja bisa jadi tokohnya. Tidak hanya manusia dan hewan, bahkan tanaman, bebatuan, angin, api, malaikat, dan mahluk halus. Semua tokoh boleh berperangai dan berperilaku layaknya manusia, termasuk cara bicara dan berpikir. Itulah dongeng. Tentu saja itu hanya karangan belaka.

Begitu  pemahaman sederhana Bang Brengos soal dongeng. Karenanya ia kerap merasa kangen untuk menulis dongeng. Setelah pulih dari sakit ringan, sakit dari kumpulan demam, batuk, pusing dan masuk angin; ia ingin sekali menulis sebuah dongeng.

Begitulah suatu malam selepas nonton pertandingan sepakbola Piala Presiden di layar televisi, ia menulis dongeng.

*

Alkisah pada suatu hutan belantara berlangsung pemilihan raja hutan. Raja tua seekor kerbau bule sudah dua periode menjabat, dan harus lengser. Terlebih ia makin sepuh dan pikun, dan tak mampu lagi melayani rakyat. Oya, di dunia satwa jabatan raja dibatasi waktunya.  Bukan seperti dalam kehidupan manusia dimana raja bersifat turun-temurun.  Raja hutan muncul karena dipilih. Setelah raja tua selesai dengan jabatannya kini harus dipilih penggantinya.

Meniru-niru kehidupan manusia dalam pemilihan presiden, di sana setiap warga hutan berhak mencalonkan diri menjadi raja. Ratusan tahun silam singa dan harimau saja berganti-ganti menjadi raja hutan. Satwa lain tidak berminat. Lama-kelamaan mereka bosan juga dengan jabatan itu.. Kesempatan warga hutan lain terbuka sangat lebar untuk menggantikannya.

Sejak itu raja dijabat oleh kuda, beralih ke buaya, jerapah, celeng, semut, dan kerbau bule. Kehidupan hutan makin sulit dan tidak aman. itu sebabnya dicari raja baru yang lebih mumpuni. Kali ini muncul dua kandidat jempolan yang harus bertarung ketat untuk menjadi raja, yaitu Kodok Hijau dan Kalong Hitam.

"Apa mereka mampu jadi raja, Mak?" tanya kepiting merah kepada ibunya.

"Mereka sudah diseleksi dari banyak calon. Pasti saat ini merekalah sosok pilihan. Jangan khawatir, panitia pemilihan sudah bekerja dengan teliti dan netral. . . .!" jawab Mak Kepiting yang berada di pesisir yang lebat ditumbuhi bakau.

"Tinggal pemilihan langsung oleh rakyat penghuni hutan ya, Mak?"

"Ya. Itulah penentuannya. Pemilihan langsung. Tiap warga punya hak pilih sama, tanpa kecuali!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun