Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tebing Longsor, Sejumlah Jenazah TPU Cikutra Hanyut di Sungai Cidurian

3 Mei 2020   00:09 Diperbarui: 3 Mei 2020   00:43 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
makam longsor dan jenazah hanyut - regional.kompas.com

Sebagian besar kawasan Bandung merupakan perbukitan. Banyak lereng dan lembah, dan di dasarnya ada aliran sungai. Bila dulu kawasan demikian sangat baik untuk hutan dan tanah pertanian, kini fungsinya telah beralih menjadi pemukiman dan berbagai kegunaan lain.

Pemukiman dan prasarana lain menggunakan tanah apa saja. Lereng dan tebing sudah banyak disulap menjadi pemukiman, dari yang berimpitan dan saling berdesakan, hingga yang mewah dan mentereng. View yang indah pada awalnya lama-kelamaan menjadi tak indah lagi. Sebab sawah-ladang dan hutan makin sedikit.

Bersamaan dengan adanya pemukiman, maka ada pula pemakaman. Mukim dan makam tumbuh bersamaan. Ketika penduduk makin banyak, makin padat warganya; maka demikian pula kondisi makam. Ketika pemukiman berdesakan makin padat, tidak berbeda pula dengan pemakamannya. Itulah sebabnya kawasan pemakaman yang semula ideal, tiba-tiba menjadi memprihatinkan. Sebab pada sisa-sisa tanah masih juga dimanfaatkan.

Bila pemukiman orang dibuat talut atau tanggul kokoh agar tidak longsor. Untuk makam agaknya kurang diperhatikan. Orang-orang yang sudah meninggal tentu saja tidak bisa protes. Mereka yang mestinya sudah tenang di alamnya harus mengalami hal-hal yang menyedihkan: dibongkar makamnya oleh longsor, di jatuhkan ke sungai, lalu dihanyutkan banjir.

*

Itulah kejadian yang menimpa sejumlah jenazah yang dimakamkan di TPU Cikutra, Kelurahan Sukanegla Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Jumat malam.

Sebagian kawasan TPU Cikutra berada sisi di tebing Sungai Cidurian, yang merupakan anak Sungai Citarum. Hujan lebat cukup lama pada Jumat malam menyebabkan air meluap. Hujan lebat pula yang menyebabkan tebing di TPU itu longsor.  Kejadian berlangsung Jumat (1/5/2020), pukul 22.30 WIB di Blok F, dan Sabtu (2/5/2020) pukul 2.00 dini hari di Blok G. 

Menurut penuturan warga sekitar, tebing di sana sudah dua kali longsor. Kali ini belum sempat dibuat talud/penahan tebing kembali. .

Hal- hal itu yang menyebabkan makam longsor, belasan jenazah di TPU Cikutra tak lagi berbalut tanah, jatuh dari ketinggian sekitar 8 meter. Bahkan sebagian jenazah hanyut di sungai yang saat itu sedang meluap. Ada 11 jenazah dapat dievakuasi, satu jenazah hanyut sampai 2 kilometer dari tempat longsor, dan baru ditemukan siangnya. Jenazah itu ditemukan di kawasan Cipada, sudah dievakuasi oleh petugas UPT Wilayah 3 Dinas Penataan Ruang Kota Bandung, dan langsung dimakamkan kembali.

*

Hujan deras, banjir, longsor, dan berbagai hal yang merugikan menandai suatu kewasan yang semakin padat oleh hunian manusia. Kota-kota besar mengalami hal seperti itu.Harga tanah makin mahal dan makin sulit dicari, bukan saja untuk pemukiman tetapi juga untuk pemakaman. Maka alangkah bijak bila makam dibuka di kawasan-kawasan di luar kota, di tanah yang tidak produktif, tetapi tidak terganggu oleh kemungkinan longsor seperti peristiwa di atas.

Bersamaan dengan itu pengembangan pemukiman mestinya semakin ketat diawasi. Bila rumah tapak semakin tidak memungkinkan, maka rumah susun menjadi alternatif terbaik. Terkait dengan pemakaman, bila ahli warisnya tidak berkeberatan, dilakukan pula pemakaman susun.

Sementara itu derasnya aliran sungai dan semakin sempitnya kawasan resapan air, yang menjadi penyebab terjadinya tanah longsor, perlu perhatian lebih serius. Di Bandung dan sekitarnya --mungkin seperti kota-kota pegunungan lain- jalan raya pada musim kemarau,  tiba-tiba berubah menjadi sungai besar pada musim penghujan. Salah satu penyebab, anak-anak sungai sudah tidak mampu menampung debit air.

Sungai Citarum tidak mampu menampung banjir dari anak-anak sungai yang ada. akibatnya sejumlah kawasan di Kabupaten Bandung pun menjadi langganan banjir. Menjadi situ (danau kecil). Itu persoalan lain yang bertahun-tahun -mungkin belasan tahun- belum tertanggulangi dengan baik.   

*

Judul tulisan di atas dibuat netral. Ada media yang agak berlebihan memberi judul, yaitu "Horor! Pocong Hanyut di Sungai Gegara TPU Cikutra Longsor Diguyur Hujan". Judul lain: "Pocong Hanyut di Sungai Karena TPU Lonsor. Ini Penampakannya". 

Memang ada video mayat hanyut beredar di aplikasi perpesanan WhatsApp pada Sabtu (2/5/2020). Dalam potongan video berdurasi lima detik itu, terlihat satu jasad hanyut terbawa aliran sungai.

Horor? Tidak juga. Itu peristiwa alam biasa saja. Pembuatan judul yang agak berlebih itu tentu bukan untuk menakut-nakuti, sebaliknya sekadar untuk membuat penasaran khalayak. Kata "mayat, jenazah, dan pocong" dapat menunjuk benda yang sama, yaitu orang mati yang telah dikafani, tapi beda rasa bahasanya. Namun, mungkin bisa beda pula artinya.

*

Nah, itu saja. Beruntung jenazah-jenazah yang terkena longsor di TPU Cikutra di atas bukan meninggal karena Covid-19, sehingga tidak memunculkan persoalan lain. Terakhir, mari teris mengingat mati, dan memperbanyak bekal ke akhirat. Dan bila saat itu tiba, (berwasiatlah) jangan mau dimakamkan di tebing yang rawan longsor. . . . !  Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 2 Mei 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun