Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mudik Lebaran, Uji Infrastruktur, dan Angka Kecelakaan Menurun

6 Juni 2019   23:31 Diperbarui: 6 Juni 2019   23:43 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
angkakecelakaanmudik 2019 menurun/kompas.com

Idulfitri menjadi persoalan nasional dalam berbagai aspeknya. Masa lalu, Idulfitri hampir selalu ditandai dengan harga sembako meroket, pembangunan dan rehabilitasi prasarana jalan-jembatan tambal sulam, angka kecelakaan dan korban jiwa yang tinggi, serta kenaikan harga BBM yang menimbulkan gejolak.

Namun, tahun-tahun terakhir semua biang masalah berhasil dideteksi, dan pelan-pelan diatasi. Tidak mudah, dan harus tegas karena di belakang semua kondisi selama ini ada saja yang diuntungkan. Para pencari keruntungan dengan memanfaatkan berbagai kelemahan regulasi, maupun karena memiliki kedekatan dengan kekuasaan, sedikit demi sedikit 'disadarkan'. Akhirnya, permainan yang berakibat pada "gejolak harga", bahkan juga 'demo penurunan harga' hanya tinggal kenangan.  

Satu lagi hal yang paling banyak disorot, dijadikan kambing hitam, dibicarakan dan dibahas tak habis-habis -tetapi tidak juga menemukan solusi jitu- yaitu masalah kemacetan, angka kecelakaan dan korban jiwa tinggi, serta lamanya perjalanan mudik.

Ternyata membenahi infrastruktur bukan perkara gampang. Membangun infrastruktur bukan pekerjaan populer dan instan. Maka ketika kemudian keputusan diambil untuk secara terencana, sistematis dan masif memprioritaskan pembagnuanan infrastruktur, nada-nada sumbang disuarakan di sana-sini. Semua argumentasi penolakan didasari kepentingan  jangka pendek dengan berbagai logikanya. Intinya belum waktunya, jangan sekarang, tunggu sampai rakyat sejahtera. Dan apa yang kini terjadi?

"Kami tidak makan infrastruktur. . . .!" teriak emak-emak lantang di sebelah sana. Kemudian nyaring di-amin-kan oleh sekelompok orang pada kubu seberang. Yang lain menuding soal utang, selebihnya berharap agar terjadi mega korup agar kekhawatiran dan kecemasan mereka menemukan bukti.

*

Mudik pada masa Lebaran akan menjadi sarana menunjukkan bukti bahwa infrastruktur memegang kontribusi nyata  atas efisiensi. Bayangkan pada masa lalu, waktu tempuh  kendaraan darat Jakarta -- Surabaya  sekitar 14 jam perjalanan. Saat ini angkanya dapat ditekan menjadi 9 jam. Kenapa?

Penyebab utamanya, fasilitas infrastruktur jalan raya, jaln tol, jembatan dan rel kereta api mendukung pencapaian itu.  

Data yang sudah tersebar menunjukkan antara tahun 2015-2018 pembangunan jalan nasional mencapai 3.387 kilometer, dan tahun 2019 bertambah 732 km. Jalan tol tahun 2015 baru 780 km, tahun 2019 telah menjadi 1.852 km. Rel kereta api, termasuk jalur ganda, dibangun 754.59 km dan direhab sepanjang 423,6 km. (Mudik, Uji Infrastruktur, HM Idham Samawi, opini KR cetak, edisi Sekasa 4/6/2019)

Masih panjang catatan penulis opini tersebut. Pada bagian akhir ditulisnya: "Jelas, pembagunan infrastruktur  untuk kesejahjteraan rakyat. Peristiwa mudik dapat menjadi sarana  bersama menyusun kalkulasi nilai manfaat (benefiditas) infrastruktur."

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun