Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berbuka dengan Air Tawar, Jajanan Pasar, dan Obesitas

22 Mei 2019   00:03 Diperbarui: 22 Mei 2019   00:12 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pengertian berbuka tak lain adalah makanan atau minuman yang pertama kali dimakan/diminum orang yang berpuasa untuk membatalkan puasanya, yaitu ketika adzan Maghrib sudah dikumandangkan.

Dalam hadis disebutkan, Rasulullah menganjurkan untuk berbuka dengan kurma. Adapun piliahnnya yaitu ruthab (kurma segar/basah), bila tidak tamr (kurma kering), dan bila tidak ada juga, maka Rasulullah berbuka dengan air.

Jadi makanan/minuman pertama untuk membatalkan puasa yang disebutkan dalam hadis. Adapun makan/minuman setelah itu tidak disebutkan. Makanan.minuman yang pertama masuk perut itu penting dibhas sebab mempengaruhi kondisi orang yang berpuasa.

Hal lain yang perlu diperhatikan, waktu antara waktu berbuka/adzan (membatalkan puasa) dengan waktu salat Maghrib berjamaah di masjid hanya sekitar 5 menit. Supaya tidak ketinggalan salat berjamaah di masjid maka perlu lebih awal berangkat dan bergegas. Dengan keadaan itu maka berbuka dengan hanya minum segelas air putih/tawar pun (sebagaimna sunah Nabi) sebenarnya cukup memadai.

*

Sebelum lanjut pada hal lain, perlu penulis sisipkan aneka camilan/jajanan tradisional yang biasanya menemani keberdaan kolak, dan atau es campur.

Pada acara-acara formal (pada bukan bersama pegawai/karyawan kantor misalnya) aneka camilan tradisional masih disediakan. Bahkan ada yang namanya jajan pasar, berupa tampah/nampan besar dari anyaman bambu yang berisi aneka makanan.  Idi yang paling tradisional antara lain kacang kulit, ubi, singkong, dan pisang yang dikukus/rebus.

Sedangkan jajanan tradisional yang lebih modern diantaranya kue lapis sagu, klepon, putu mayang bihun, serabi, bika ambon, kue lumpur, putu bambu. kue mangkok, nagasari, dan lemper ayam.

*

Puasa pada bulan Ramadan menjadi salah satu ciri ibadah umat Islam. Umat-umat lain juga berpuasa, tetapi praktik atau tata cara dan waktunya berbeda. Dalam hal makan-minum untuk berbuka maupun sahur pun ada ketentuannya. Lebih tepatnya, ada tuntutannya. Rasulullah memberi keteladanan. Dan hal itu tetap relevan sampai saat ini.

Satu bulan lamanya berpuasa tentu bukan kegiatan yang mudah. Kalu tidak dibiasakan sejak kecil, bahkan balita, berpuasa trasa berat. Padahal siapapun pernah merasa telat makan/minum -karena satu dan lain hal- sehingga merasa lapar dan haus. Keterpaksaan itu membuktikan siapapun mampu berpuasa.

Bahkan dengan niat kuat orang-orang yang berpuasa tidak merasa lapar: karena tidak memikirkan makan-minum dari mulai mendapatkannya  pilihan makanan, tempat dan waktu makan (berbelanja ke pasar, memasak sendiri, atau makan di restoran), hingga apa yang kemudian dirasakan setelah makan (kekenyangan, kepedasan, gigi sakit, perut mules, dst.).

*

Hadits yang menyebutkan agar kita berbuka puasa dengan yang manis, memang tidak ada. Apalagi berbuka dengan manisan semacam kolak pisang, biji salak, es buah, dan seterusnya. Walaupun secara hukum tentu tidak dilarang dan tidak jadi haram juga.

Kalaupun berbuka puasa dengan yang manis, kita kembalikan pada ketentuan makan dan minum yang hukum asalnya adalah mubah (boleh sampai ada ketentuan lain yang menyebabkan munculnya hukum baru yang mengharamkan atau men-syubat-kannya).

Karena keasyikan menafsir-nafsirkan mengenai makanan/minuman yang manis, kerap kita melupakan hal-hal yang harus dihindari pada waktu berbuka.  

Rini Kristijanti, Kepala Instalasi Gizi RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang menjelaskan: "Lebih baik dibuka dengan makan atau minum manis, seperti kurma, kolak, teh manis atau es buah. Namun, jangan langsung makan".

Siapa juga orangnya yang belum salat Maghrib langsung makan (nasi). Tapi ada juga orang yang punya kebiasaan seperti itu. Mungkin merasa terlalu lapar sehingga begitu adzan terdengar langsung saja angkat piring dan penuh semangat mencicipi apa saja yang ada di atas meja makan. Kebiasaan seperti kurang baik karena meningkatkan gula darah.

Cara ini bagi lelaki menjadi penyebab ketinggalan salat berjamaah di masjid. Kalau pun masih sempat sering tersiksa sendiri karen kekenyangan sehingga sulit untuk rukuk dengan benar, menjadi malas dan ngantuk.

Rini mengingatkan pantangan saat berbuka.  "Sebaiknya dihindari langsung minum kopi. Soalnya kan berbuka langsung kopi takutnya kena lambung soalnya perut kosong." Dijelaskan, kopi membuat lambung terasa penuh, danmenjdi penyebab  seseorang malas makan. "Apalagi yang kena maag, bisa maag-nya meningkat."

*

Nah, kembali ke judul. Berbuka dengan yang manis, bukan hadits. Ungkapan itu hanya slogan iklan yang dikait-kaitkan dengan kebiasaan muslim/muslimah yang bersikap "jor-joran" dalam urusan makan\/minum untuk berbuka puasa.

Selain sebagai wujud ketakwaan seorang hamba kepada Khaliknya, berpuasa selama bulan Ramadan bagi setiap muslim-muslimah memiliki banyak manfaat diantaranya untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, serta untuk mempertahankan ketahahan tubuh agar mampu beribadah lebih baik/khusuk.

Makanan dan minuman dengan rasa manis sangat banyak. tetapi iklanproduk lebih bervariasi lagi yang menawarkan rasa manis: minuman kemasan/boto, minuman sachet, sirup botol, cake/kue/biscuit kaleng, sera aneka kue kering khas Lebaran.     

Selain ibadah (mengikuti sunah Nabi) dan faktor kesehatan (pertimbangan ahli nutrisi dan dokter), hal yang penting untuk diperhatikan yaitu kebiasaan mengkonsumsi makanan/minuman secara berlebihan gara-gara pengaruh iklan penyebab obesitas. 

*

Nah, itu saja bahasan mengenai teman hari ini. Tidak ada yang perlu di-prokontra-kan perihal makanan yang manis, asalkan tahu haditsnya. Yang lebih penting untuk dicermati tidak justru mengkonsumsi makanan/minuman yang berlebihan (kebiasaan mengikuti acara buka bersama salah satu penyebabnya) sehingga makna Ramadan justru bergeser seolah-olah menjadi urusan makan-minum saja.

Demikian saja. Semoga puasa Ramadan ini memberi buah manis pada hidup kita, menambah ketakwaan. *** 21 Mei 2019

 Gambar

Sumber:

  • www.rumahfiqih.com
  • radarmalang.id
  • www.klikdokter.com

     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun