Mohon tunggu...
Kang Sugita
Kang Sugita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang bapak guru di pelosok gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Udah Gedhe Koq Mbedhug

11 Agustus 2012   18:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:55 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13447065071451677433

Siang itu, hari ke tujuh puasa, gadis kecilku yang baru kelas 3 SD, saya jemput dari sekolah hampir jam satu siang, bersamaan dengan kepulangan saya dari mengajar. Di sekolah sudah sepi, hanya tinggal beberapa siswa dan para ustad/ustadzah (guru) yang sebagian sedang sibuk di perpustakaan menyiapkan kelengkapan bakti sosial yang akan diadakan hari Sabtu (dua hari kemudian). Hari sebelumnya dia sempat merajuk karena saya terlambat menjemput, dan saya lupa memberitahukan kepadanya sebelumnya. [caption id="attachment_199673" align="alignnone" width="300" caption="Anis merajuk karena terlambat dijemput"][/caption] Setelah naik diboncengan sepeda motor, kami bergegas pulang. "Bi, Anis mau puasa bedug boleh, ya?" Itulah permintaan/pertanyaannya setelah kami memasuki rumah dan baru saja meletakkan tas sekolahnya. "Emangnya, kenapa koq pengin puasa bedug?" saya menanggapi dengan sebuah pertanyaan. "Teman-temanku banyak yang puasa bedug, lho" sambungnya. "Apakah Anis tidak kuat puasa sehari penuh?" kembali saya bertanya. "Kuat" jawabnya singkat. "Lantas, kenapa pengin puasa bedug?" kejar saya lagi "Ya.....itu, kan teman-teman Anis banyak yang puasa bedug" jawabnya polos "Adik......... kalau sudah kuat puasa penuh, sebaiknya ya tetap puasa penuh. Katanya pengin jadi anak sholehah, jadi puasanya mesti sehari penuh, supaya tetap disayang Allah" saya coba menerangkan. "Jadi, harus puasa penuh ya, Bi?" pintanya "Sebaiknya puasa penuh, kecuali kalau Anis sakit atau memang belum kuat puasa penuh, boleh puasa bedug" saya memberi penjelasan "Supaya disayang Allah, ya Bi?" pintanya lagi "Betul sekali, Anis kan anak sholehah. Sekarang tidur saja dulu, supaya nanti sore dapat ngaji di masjid" bujuk saya sambil membimbingnya ke kamar dan kemudian menemaninya tidur siang. "Malu ya Bi, kalau udah gedhe masih puasa bedhug?" itulah ungkapan terakhirnya sebelum matanya terlelap tidur. "ya......... tapi Anis tak boleh mengolok mereka yang masih puasa bedug, mungkin teman-teman Anis memang belum kuat puasa sehari penuh" nasihat saya sambil mengelus pipinya yang sedikit gembul. Menjelang pukul tiga sore, Anis terbangun ketika mendengar suara pancuran air dari kran yang tengah saya gunakan untuk berwudlu. Dengan masih sedikit mengantuk turun dari tempat tidur, mencari mukenanya kemudian nangkring di boncengan motor menuju masjid untuk sembahyang 'Ashar. Sepulang dari masjid, bergegas mandi dan berganti pakaian, kemudian mengeluarkan sepedanya berangkat kembali ke masjid untuk mengikuti pengajian rutin selama bulan Romadlon menjelang berbuka puasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun