Mohon tunggu...
Hts. S.
Hts. S. Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Tak bisa peluk ayahmu? Peluk saja anakmu!" Hts S., kompasianer abal-abal

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Merantau? Ingatlah: Pantun Hangoluan, Tois Hamagoan

29 Agustus 2014   18:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:10 1500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya memilih kanal filsafat untuk tulisanku ini. Bukan mau sok-sok jadi filsuf atau memahami filsafat yang berat-berat itu. Tapi karena menurutku, judul yang saya pilih di atas, merupakan kalimat filsafat dari nenek moyang yang kami sebut omputa sijolo-jolo tubu. Bagi yang berangkat dari kampung, mungkin kalimat itu sudah sering didengarkan, apalagi kalau akan berangkat merantau.

PANTUN HANGOLUAN, TOIS HAMAGOAN

maksudnya:

Perlu sopan santun untuk bertahan hidup; sementara sombong akan membawa kepada celaka

Membuka Kompasiana hari ini, mata ini langsung terperangkap kolom TERAKTUAL dengan tulisan berjudul Kota Jogja Terhina Gara-gara Florence Sihombing.  Tulisan terkait sudah kubaca pula tadi pagi dari kompasianer Ifani.

Meskipun saya orang kampung dari Tapanuli, tentu Jogja sudah tidak asing lagi terdengar. Banyak teman-teman dari kampung yang berhasil menembus perguruan tinggi di Jogja itu. Jadi sangat terkejut hati ini membaca kalau Jogja itu sekarang terhina. Dan kebetulan pula yang gara-garanya menyandang marga Sihombing. Sudah pasti darah di tubuh ini "bergerak" - manghuling mudar kalau kata kampungku. Pasti ada persamaan darah saya dengan Florence Sihombing itu. Kami keturunan Toga Sihombing menjadi empat marga yaitu Silaban, Lumbantoruan, Nababan dan Hutasoit. Saya bermarga Hutasoit.

Saya tidak akan mengomentari apa yang telah terjadi dengan komentar akun social media saudariku itu lagi. Kebetulan saya tak punya akun social media kecuali Kompasiana ini, kurang tahu apa yang terjadi disana.

Membaca artikel Ifani tadi pagi, katanya dimana bumi dipijak, disitu langit dijungjung. Yang oleh anaknya malah diketawain (hehehe) biar tak terlalu serius!

Teringatlah aku pesan nenek moyang, tona ni sijolo-jolo tubu di atas.

Sekali lagi kutuliskan, kutebalkan:

Pantun hangoluan, tois hamagoan.

Burju-burju ma ho amang-inang di pangarantoan

Selamat siang

Salam sepuluh jari....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun