Belakangan aku merasa sedih karena tulisanku semakin tidak berbobot. Aku tahu, waktuku kini tak selonggar dulu. Kegiatanku di depan komputer hanya untuk menyelesaikan tugas-tugas kerja yang berat dan berjibun. Jangankan menulis di Kompasiana, buka situsnya saja tidak. Oleh sebab itu, ketika ada waktu, aku coba sempatkan diri untuk sekedar latihan menulis lagi sesuai dengan tren topik yang sedang hangat atau mencurahkan isi hatiku, termasuk hari ini. Mumpung aku sedang santai dan kubuka kompasiana untuk melihat dan membaca tulisan-tulisan kawan-kawan yang begitu aktif menuangkan idenya. Iri kadang menyelimuti.
Mengapa aku tidak lagi seperti dulu yang produktif menulis dan sempat jadi headline beberapa kali? Dulu, aku punya kesempatan untuk menyapa teman-teman kompasianer dan bercengkerama via shout dan comment. Tapi, zaman telah berubah. Kesibukanku lebih menuntutku untuk memperhatikan orang-orang yang setiap hari kutemui ketimbang sahabat-sahabatku di dunia maya. Hidupku benar-benar tersita untuk menghadapi dunia nyata yang butuh konsentrasi. Tempat kerja, keluarga, tetangga, dan kolega harian telah menyita segala perhatianku. Alhasil, aku terpuruk dalam hiruk-pikuk dunia yang membuatku meninggalkan kebiasaan menulis di kompasiana.
Sampai kapan? Sesungguhnya, dalam hatiku, aku ingin sekali mencurahkan segala kegiatan dan pengalaman harianku. Dengan menulis, setidaknya ketrampilan bahasaku terasah dan perasaanku terasa lega. Belum lagi, manfaat tulisan itu! Ada saja yang membaca meskipunjumlahnya tidak banyak. Kalau hari itu ada tulisan yang kubuat, setidaknya, tak ada orang yang menyangsikan bahwa hari itu aku masih hidup. Tulisan ini adalah buktinya.
Putus asakah? Jelas tidaklah! Kata putus asa sudah lama kujadikan sebagai masa laluku meskipun jujur ia masih sering menggangguku. Aku tetap semangat meskipun tidak lagi bisa mengulang kejayaanku. Prinsipku adalah menggunakan kesempatan meskipun dalam kesempitan. Tidak ada gunanya meratapi nasib yang memang selalu berubah, entah lebih baik atau lebih buruk. Sebenarnya, kalau hidupku dikatakan lebih buruk, nampaknya tidak juga. Secara sosial ekonomi, kondisiku mengalami kemajuan. Namun, di sisi lain, kesempatanku untuk mengabadikan setiap momen dalam guratan tinta tidak seleluasa dulu. Mungkin, suatu saat, aku dapat kembali menggapai kesempatan bercengkerama lagi dengan kawan-kawanku di udara. Siapa tahu, jeda waktu ini akan membuat kerinduan yang mendalam di hatiku sehingga suatu saat nanti, aku akan melakukan balas dendam untuk menulis dan menulis lagi.
Oleh sebab itu, di kesempatan yang berharga ini, aku ingin meminta maaf kepada segenap kawan-kawan Kompasianer, para admin, dan siapa pun yang pernah berinteraksi denganku atas segala kelemahanku ini. Semoga kelak kita bisa bercengkerama lagi seperti masa-masa lalu. Amin.
Salam Kompasiana dan sukses selalu!