Mohon tunggu...
Suci Nur Hidayati
Suci Nur Hidayati Mohon Tunggu... -

I'm taking what's there now, do the best what i can.\r\nI trust my future to destiny of God Almighty

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia Adalah "Derita"

24 Oktober 2013   06:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:07 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku ingin punya smartphone. nabuuung sampai bisa beli smartphone.

aku pengennya smartphone yang touchscreen. jual smartphone usaha lagi buat nambahin modal beli.

Waah, ada tipe baru dengan fitur yang lebih keren, limited edition lagi. Terus berusaha keras, kerja keras, melakukan segala cara untuk bisa mendapatkannya.

Yaa.. tidak akan berkesudahan yang namanya keinginan. Setelah didapat suatu keinginan akan kembali ingin mendapatkan yang lain lagi. Begilah sifat khas dari manusia, selalu punya keinginan yang tak terbatas dan akan terus berkeinginan meskipun sadar bahwa kemampuannya terbatas. Karena manusia adalah makhluk yang berkehendak.

Arthur Schopenhauer, setuju bahwa manusia adalah kehendak, namun kehendak itu sia-sia dan akan berujuang pada penderitaan. Dimana manusia berkehendak akan sesuatu, ingin sesuatu baik itu ide, pendapt, barang, bantuan jasa, rasa kasih, dan sebagainya maka ia akan berusaha untuk mendapatkannya. Tak perduli apapun yang menjadi penghalang, ia akan terus berusaha mendapatkannya. Tidak selesai pada menderita karena berusaha, manusia kembali lanjut dituntut untuk berkeinginan lagi, dan berusaha lagi, menderita lagi. Dengan kata lain manusia berkehendak untuk menderita.

Hidup selalu berkembang, selalu bergerak, dan selalu mengalami perubahan. Dibutuhkan penyesuaian baru dalam diri manusia untuk dapat mengikuti pergerakan hidup. Manusia merasa harus memenuhi tuntutan hidup. Dari “merasa dituntut”nya itu ia mengharuskan dirinya untuk melakukan setiap hal yang membuatnya merasa puas akan hidupnya. Disini tampak sekilas bahwa sebenarnya manusia tidak bebas dalam berkehendak, tapi ia “terpaksa” berkehendak karena merasa dituntut hidup. Tapi kembali lagi, sadarkah ia siapa yang menuntutnya?? Bukankah hanya perasaannya saja?? Berarti ia sesungguhnya memang benar-benar berkehendak dalam dirinya untuk merasakan demikian..

Kehendak manusia adalah sia-sia, percuma. Selama hidup manusia selalu memiliki berbagai macam keinginan untuk menuruti kehendaknya. Tapi lihatlah di akhir, endingnya manusia akan meninggalkan dunia, meninggalkan hidup. Lalu untuk apa kehendak-kehendak dalam dirinya berusaha dipenuhi?? Percuma tak ada lanjutannya. Yang ia rasakan mndapatkan feedback dari memunhi kehendaknya hanyalah pada saat hidup, merasa puas sejenak, dan kembali menderita dengan keinginan-keinginan baru.

Manusia bebas berkehendak. Dan kehendaknya lebih didominasi untuk dirinya sendiri. Inilah yang terkadang menjadi masalah dalam hidup. Ketika ia sibuk berkehendak untuk dirinya sendiri, ia terkadang lalai untuk memperhatikan adanya orang lain, hak-hak orang lain, dan kehendak orang lain. Terjadilah pertentangan, belum lagi sikap tanggung jawab dari kehendaknya, sudahkah bertanggung jawab?? Benarkah tanggung jawabnya??. Waaah.. semakin menderita saja ya untuk dapat berkehendak dalam hidup.

Inilah hidup. Bila manusia tak memiliki kehendak, maka ia bukan lagi manusia, ia sudah mati. Dengan kehendak, hidup kan lebih berasa ke”hidup”annya. Manusia akan merasa benar-benar hidup dengan berkehendak, manusia dapat belajar dan menambah pengetahuannya dengan kehendak, manusia dapat mengetahui dirinya, menilai kemampuannya dengan kehendak.

Turuti saja fitrahmu, menjadi manusia yang berkendak untuk menderita. Nikmati maka tak kan terasa beban. Berkehendaklah karena dirimu sebagai diri yang tak sendiri dalam hidup ini.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun