Mohon tunggu...
Suci Ningtyas
Suci Ningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta

Mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Love

Tocix Relationship, Tinggalin atau Lanjutin?

26 Maret 2021   12:10 Diperbarui: 26 Maret 2021   14:11 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toxic Relationship, tentu saja bukan suatu hal atau kata yang asing lagi bagi kita dewasa ini. Ternyata, sebuah hubungan asmara tidak melulu berbicara tentang kebahagiaan atau rasa kasmaran saja, lho. Ada banyak cerita dan pelajaran jika kita telaah dalam sebuah hubungan tak terkecuali hubungan asmara dengan pasangan. Kenapa tidak, sebuah hubungan itu dibangun oleh dua orang dari latar belakang dan karakter yang berbeda. Bukan hal yang mudah juga untuk menemukan seseorang yang mampu menerima dan mau bersama menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Tapi satu hal yang perlu di garis bawahi, meskipun latar belakang kita berbeda, pola pikir juga tak sama, tapi kita tetap dalam satu perasaan dan tujuan yang sama, serasan sekundang. Maka dari itu, sebetulnya pertengkatan dan perselisihan itu wajar adanya. Tapi kalau akhirnya malah membuat satu sama lain tidak nyaman atau bahkan merasa tidak bahagia, apakah ada yang salah dalam hubungan ini?

Pernah ngalamin fase “bucin sebucin bucinnya” ga, sih? Pasti kalo lagi ngamalami fase itu dunia rasanya seakan indah sekali. Tapi ketika kita kecewa, patah hati, atau sedang bertengkar dengan pasangan dunia akan sebaliknya, sangat menyebalkan, tidak adil, dan berujung pada kesedihan. Kalau kata gaulnya nih, galau

Nah, galau juga merupakan bentuk dari emosi kita. Sebenarnya, ada beribu cara orang saat meluapkan emosi. Namun, emosi yang tidak stabil dapat membuat kita kehilangan kendali. Tanpa sadar kita akan menyakiti orang lain dan lebih buruknya lagi kita juga telah menyakiti diri kita sendiri. Emosi yang tidak terkontrol dengan baik dalam sebuah hubungan akan menjadikan hubungan tersebut  tidak sehat. Oh no! Tolong jauhkan hubungan kalian dari Toxic Relationship. Toxic Relationship itu ga baik buat kesehatan kamu baik psikis, mental bakan tubuh kamu.

Saat salah satu atau mungkin sesama kalian ada yang merasa tidak bahagia, atau bahkan kehilangan jati diri untuk menjadi diri sendiri maka sepertinya hubungan kalian sudah tidak sehat. Hubungan yang tidak sehat bisa disebabkan oleh banyak hal. Di mulai dari hal paling dekat namun sulit untuk dilakukan, yaitu percayaan terhadap pasangan. Percaya merupakan pondasi awal dari sebuah hubungan sehat. Tapi, apa jadinya kalau hubungan tanpa adanya rasa percaya. Wajar jika kita sedikit curiga dengan teman lawan jenis pasangan kita. Tapi, kalau masih dalam batas wajar itu bukan masalah. Apa lagi kalau pasanganmu sudah terbuka dan benar-benar menjaga komitmen kalian. Maka, tidak ada salahnya untuk mengapresiasi hal tersebut dengan memberikan kepercayaan kepadanya. Kamu tau ga, sih ? Kalau cabang dari ketidak percayaan terhadap pasangan adalah munculnya sifat posesif. Kalau sudah posesif, maka pasangan mu akan merasa terkekang. Kalau pasanganmu kumpul sama temen-temen kamu akan merasa curiga dan tidak tenang, begitu pun pasangnmu yang tentunya akan merasa tidak nyaman. Bukan kah baik kamu maupun pasangan mu adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi sesama manusia? Biarkan satu sama lain mengembangkan potensi diri masing-masing. Baik itu di dunia pertemanan, pekerjaan, hobi, dan lain sebagainya asalkan masih dalam konteks positif. Posesif dan mengekang hanya akan membuat kita stuck dan tidak berkembang. Hal yang membanggakan bukan jika kita grow up bersama?

Selain itu, ungkapan emosi yang berlebihan selanjutnya yang membuat hubungan kita menjadi tidak sehat adalah, kita terlalu bergantung dengan pasangan. Sepertinya hal ini harus sedikit di kurangi. Meskipun kita memiliki pasangan, bukan berarti kita menggantungkan semuanya dengan pasangan kita. 

Jika kita terlalu bergantung pada pasangan, maka lambat laun kita akan menajdi pribadi yang tidak mandiri dan rentan untuk rapuh. Haduh .. ini bahaya buat jiwa-jiwa para pejuang. Bergantung sama pasangan disini juga luas banget cakupannya. Mulai dari aktifitas, pekerjaan, bahkan kebahagiaan kamu sendiri. Masa iya kamu kalau mau kemana-mana harus sama pasanganmu? Atau misalkan mau beli sesuatu harus sama pasangan juga, yang lebih parah nih kamu menggangtungkan kebahagiaan kamu sama pasanganmu. Jadi kalau pasangan mu lagi ga sama kamu, kamu bakalan sedih. Ini bener-bener jangan dibiarkan. Kasarnya nih, kita kan belum menikah. Kita masih punya banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensi diri masing-masing. Gimana kalau misalkan kalian harus LDR karena pekerjaan, atau tetap satu kota namun punya kesibukan masing-masing? Ga mungkin kan kalian harus bertengkar mulu karena yang satu minta selalu bersama sedangkan yang satu punya kesibukan. Coba deh kalau saling kasih support, pasti lebih menyenangkan dan mungkin saja bisa memberikan energi positif untuk pasangan kita. Nanti, pasti ada kok waktunya untuk quality time bersama. Jangan sampai kita berfikir kalau pasangan sudah tidak memprioritaskan kita lagi. Karena semakin dewasa hidup ini semakin realistis. Karir dan ilmu yang baik jauh lebih berguna untuk kehidupan setalah menikah nanti ketimbang masa pacaran hanya di habiskan untuk bersenang senang karena hanya membuang waktu berharga. Semua hal tentu ada porsinya, dan kalau memang pasanganmu sudah tidak memprioritaskan kamu tentu saja kamu sudah ditinggalkan.

Bukan hanya itu, masalah interpersonal hubungan juga bisa menjadi penyebab hubungan yang tidak sehat, lho. Di mulai dari berbohong. Bisa dikatakan juga tidak terbuka. Pasangan yang memiliki hobi berbohong tentu sangat menguras kesabaran. Dari sini maka muncullah perasaan tidak percaya dan curiga. Ini nih biang keroknya. Kalau memang ingin di percaya oleh pasangan maka berhenti untuk berbohong dan cobalah untuk terbuka. Kecuali itu mengenai hal yang sangat pribadi sehingga hanya kamu dan Tuhan yang akan menyimpannya. Puncak tertinggi dari kebohongan adalah selingkuh. Dan selingkuh itu bukan suatu ke-khilafan ya, kawan. Tentu saja dilakukan dengan penuh kesadaran apapun alasannya. Jika pasangan kamu sudah selingkuh, maka opsi yang berat untuk kamu tetap lanjut atau udahan. Kalau aku pribadi sih sudah terlihat bahwa pasangan kita menjalin hubungan dengan orang lain, maka biarkan dia bersama pilihannya yang baru. Karena walau hati masih sayang dan mecoba untuk memaafkan, namun ingatan akan kejadian tersebut tetap akan mengahantui sampai kapanpun. Sehingga tumbuh menajdi rasa curiga dan tidak percaya. Dari pada menjalin hubungan dengan rasa ketidak tenangan dan tidak bahagia lebih baik di lepas demi kesehatan pikiran dan batin kita. Tapi tunggu dulu, pastikan bahwa semua benar adanya. Jangan hanya menduga-duga apa lagi membabi buta.

Tindakan emosi yang tidak terkontrol yang paling parah adalah ketika pasangan kita sudah berani main tangan. Ini bahaya sekali, karena bukan cuma hati yang disakiti melainkan tubuh kita juga. Sulit buat mengubah sifat kasar ini kalau bukan memang dari dalam hati yang benar-benar serius. Jangan main-main, lho. Ini ada pasalnya, bisa saja dibawa ke jalur hukum karena telah melakukan kekerasan. Jadi sebisa mungkin kita harus menghindari yang namanya kekerasan dalam berhubungan.

Kembali lagi ke awal, kembali lagi ke niat yang sudah kita ikrarkan. Kita memiliki hak untuk hidup bebas dan merdeka. Tentu dengan kesadaran penuh mana yang baik dan mana yang buruk. Kita sudah cukup dewasa untuk menjalin hubungan yang akan dibawa hingga ke jenjang yang serius sehingga kita harusnya mengerti betul arti kata komitmen. Hendaknya komunikasi yang baik terus selalu terjalin agar meminimalisir terjadinya pertengkaran apa lagi kesalah pahaman. Komunikasi yang baik adalah koentji, katanya. Lebih banyak intropeksi diri dan selesaikan masalah dengan kepala dingin agar tidak terjadi emosi dan  lost control. Hal sederhana yang harus kita pedomani adalah rasa bersykur. Bersyukur karena Tuhan sudah begitu baik dengan memberikan kita seorang pasangan yang mungkin bisa diajak untuk bekerja sama dalam menjalin hubungan. Atau bahkan kita sangat bersyukur karena di beri pasangan untuk belajar, jika memang bukan dia jodohnya tetap harus bersyukur karena Tuhan lebih tau mana yang tepat buat kita. Baik orangnya maupun timing-nya. Kembali kepada hakikat, bahwa sebenarnya semua ini adalah titipan dari Tuhan semata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun