foto : aktual.com
Sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta, sudah sewajarnya jika  para pesohor tersebut  mulai  bibrik-bibrik ( mengawali) dengan menawarkan sejumlah program yang akan diusungnya kelak dalam kampanye.
Sudah biasa itu dan  sah-sah saja, toh mereka pastinya sudah mempertimbangkan apa yang  akan diusungnya nanti sebisa mungkin menarik perhatian warga Jakarta.
Kali ini,  cerita tentang bakal calon gubernur DKI Jakarta, Yusril Ihza Mahendra.  Ada satu hal yang mengelitik saya manakala membaca di kompas.com, bahwa Yusril  mengusung salah satu programnya jika menjadi Gubernur DKI Jakarta dengan membeli sampah warga. Yusril menuturkan  angan-angannya tersebut  dihadapan warga Bidaracina, saat acara sukuran kemenangan warga di Bidaracina, Jatinegara, Jakarta Timur, pada Selasa (3/5/2016). Seperti diketahui, Yusril menjadi tim advokasi warga Bidaracina terkait masalah sodetan Ciliwung-KBT.
"Saya punya program aneh, kemarin sudah diketawain sama pendukung Pak Ahok. Saya bilang kalau saya jadi gubernur saya mau beli sampah," katanya.
Konsep membeli sampah dari masyarakat  tersebut, setelah Yusril mengetahui soal penghitungan sampah setelah ia ikut menangani kasus sampah Bantargebang karena ditunjuk sebagai pengacara  PT Godang Tua Jaya .
Secara sederhana, ia  (pemerintah ) nantinya  akan membeli sampah organik sekilo Rp 20.000 dan sampah kertas sekilonya Rp 40.000. Hasil sampah yang dibeli, bisa dikelola pemerintah atau  dikerja samakan  dengan pihak swasta.
Menarik, gagasan yang disampaikan Yusril tersebut.  Dengan sampai yang mencapai 7000/ton/ hari  (beritasatu.com) atau setara dengan 210.000 ton/bulan, memang sampah Jakarta termasuk bervolume besar. Selama ini setahu saya, pemerintah DKI Jakarta  belum ada program penanganan sampah yang terstuktur dan menjadi perhatian khusus .
Jika di lihat dari gagasan Yusril tersebut, sebenarnya ia melakukan edukasi kepada  warga Jakarta agar tidak membuang sampah sembarangan yang bisa berakibat lingkungan tidak sehat dan berpotensi mengakibatkan banjir.  Ia memberikan pancingan kepada warga Jakarta untuk membiasakan membuang sampah, menghargai sampah dengan memilihkan sampah organic dan non organic, yang selanjutnya bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari sampah yang di pisahkan tersebut karena pemerintah siap membelinya.
Gagasan Yusril memang bukan gagasan baru, setidaknya sudah ada beberapa desa/ komunitas  yang melalukan upaya tersebut. Salah satunya ada desa di Yogyakarta yang mengedukasi  warganya untuk merawat sampah dan menjadikan penghasilan tambahan manakala pemerintah desa memilah sampah dan mendaur ulang.  Memang sampah tidak dibeli dari warganya tetapi pemerintah desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) mengelola sampah yang dipilah warga dan dijual. Dari  hasil penjualan tersebut , uangnya sebagian masuk ke kas desa menjadi penghasilan asli desa (PADesa), setelah dikurangi biaya operasional  warga yang mengelolanya.
Sumber Anggaran darimana?