Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Merasakan Sensasi Putri Raja di Tamansari Yogyakarta

15 Desember 2015   14:22 Diperbarui: 15 Desember 2015   15:13 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak pilihan tempat wisata saat jalan-jalan ke Kota Yogyakarta. Keraton, Malioboro dan tempat wisata bersejarah lainnya bisa masuk daftar yang harus dikunjungi. Selain itu, tak salah kalau memasukkan Tamansari menjadi salah satu tempat yang harus dikunjungi.


Istana Air (water castle) julukan lain Tamansari karena di taman inilah ada bangunan dan kolam air yang konon menurut sejarah digunakan sebagai tempat pemandian oleh putri kerajaan. Cerita lainnya yang saya dengar dari pemandu wisata, ditaman inilah dahulu raja Mataram Yogyakarta mengunakan untuk tempat  pemandian. Sementara versi lainnya menyebutkan jika taman air atau kolam air ini  biasa digunakan untuk mandi para putri yang terpilih dan diijinkan mandi di kolam. Kemudian raja akan melihat dan jika ada putri yang dikehendaki, maka putri tersebut akan diajak masuk ke istana dan ke tempat pemandian raja.

Entahlah, versi mana yang lebih mendekati kebenaran, yang jelas taman ini memang terlihat artistic dengan bangunan tembok yang banyak ukiran dan lekukan yang bernilai seni tinggi.

Meskipun saya tidak terlalu paham dengan seni bangunan, tetapi, Minggu (13/12/2015) kemarin saat berkunjung ke Tamansari, saya melihat bangunan di taman sari memang sangat indah mencerminkan pembuatnya atau pemesannya berjiwa seni tinggi.


Tamansari buka dari jam 09.00 sampai 15.30 WIB dengan tiket masuk yang sangat terjangkau yaitu Rp 5000. Anda bisa sepuasnya menyusuri jejak sejarah di Tamansari. Selain pintu masuk resmi, penyusuran Tamansari bisa lewat perkampungan yang ada di sekitar Tamansari. Tepatnya di perkampungan padat penduduk dengan gang sempit. Anda bisa menyusuri jalan gang dan jangan segan untuk banyak bertanya kepada penduduk setempat agar tidak tersesat karena banyaknya gang kecil dan tidak ada papan petunjuk arah ke Tamansari.


Meskipun terlihat kuno, tetapi kelihatan cukup terawat dengan baik (menurut pengamatan saya) ,beberapa bangunan masih terlihat kokoh dan tetap memperlihatkan jejak sejarah. Selain bangunan sumur gemuling , di dekat pintu masuk masih berdiri kokoh Gedhong Gapura Hageng. Selain tentu saja Umbul Pasiraman atau kolam yang airnya terlihat jernih dan segar. Beberapa bangunan lainnya tampak masih kokoh ada disekitar gang perkampungan. Salah satu yang cukup menarik adalah masjid di bawah tanah dan lorong panjang yang kabarnya dulu sering digunakan para prajurit untuk sholat berjamaah.


Untuk mencapai Tamansari tidaklah sulit. Kalau naik kereta api, turun di stasiun Tugu kemudian bisa naik andong atau becak minta diantar ke Tamansari. Kalau mobil atau bus tidak bisa parkir di sekitar Maliobioro, ada parkir alternatif di Ngabean, dan dari sini bisa naik ojek, becak dengan ongkos Rp 10.000. Atau kalau bisa langsung ke lokasi, rute dari Solo yaitu lewat Prambanan lurus kearah barat menuju Janti -lurus arah Jogja Expo Center –ambil jalan ke Ngeksigondo-ambil jalan Perintis Kemerdekaan-jalan Mentri Supeno- ambil jalan Kolonel Sugiyono- jalan Sutoyo-ambil belok kanan terus –Jalan Gading –lewat Alun-Alun Selatan-Jalan Taman.

Indah, menarik dan artistik, itulah kesan saya. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat dan jika anda ke kota Yogyakarta, monggo pinarak.

 

_Solo, 15 Desember 2015_

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun