Di era digital saat ini, komunikasi terasa semakin cepat. Kita mudah mengirim pesan dalam hitungan detik. Namun seringkali kehilangan makna dalam komunikasi.Â
Di tengah kecepatan itu, mungkin kita rindu masa dulu yang komunikasinya terasa lebih hangat, pelan, penuh renungan, dan memberi makna di setiap kata yang ditulis ya kisah tempo dulu untuk sahabat pena.Â
Sahabat yang belum pernah kita jumpai secara langsung namun ada sisi hati kita percaya, penuh kedekatan, dan ketulusan.
Kenangan menjadi sahabat pena bukan sekadar kita berkirim surat tapi bagaimana kita membangun jembatan emosi melalui kata dalam tulisan, merawat rasa percaya melalui cerita yang kita suguhkan, dan bagaimana kedekatan yang unik kita bangun hingga ada harapan suatu hari dapat berjumpa secara langsung.
Hal itulah pertama kali pribadi berbagi bersama anak SD 020 Sepaku sekaligus nostalgia di zaman dulu yang masih membekas. Namun, kisah itu hanya memori yang tertinggal di benak.Â
Mendapat kehormatan untuk berbagi menulis surat untuk sahabat pena. Disambut dengan kehangatan yang sederhana dan antusias dari anak-anak yang penuh semangat belajar.
Di tengah semangat anak-anak yang memiliki rasa ingin tahu tinggi dan keinginan untuk mengirim kepada temannya yang belum mereka kenal yakni di salah satu Sekolah Dasar NTT.Â
Ide ini merupakan kolaborasi antara guru dan fasilitator dari Astra yang menjadi mitra binaannya. Luar biasa program yang digagas sehingga menjadikan kelas tersebut semakin inspiratif. Sebab, semangat yang ada tak mengenal waktu hingga surat yang ditulisnya selesai dan siap dikirim.
Kisah tersebut menjadi pengingat bahwa menulis bukan soal keterampilan tapi mengajarkan kita berempati dan keberanian untuk menyapa seseorang yang tak kita kenal dengan penuh ketulusan.Â