Mohon tunggu...
Yoanda Suastanti
Yoanda Suastanti Mohon Tunggu... Buruh - saya

selalu ada jalan untuk orang-orang yang masih menggenggam harapan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Temaram

11 November 2019   18:10 Diperbarui: 11 November 2019   18:08 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

''Kau tau Mawar, berlian pun harus diasah terlebih dulu jika ingin berkilau, dupa harus dibakar dahulu baru akan wangi. Tak ada keindahan tanpa pengorbanan.'' Bisik pria yang beberapa bulan ini setia menemani Mawar, menawarkan persahabatan dan hanya mereka berdua yang tau. Pria itu selalu terbang bersama angin, melewati gedung-gedung dengan lincah. Tariannya elok, tangannya menembus sela-sela ketiadaan. .

Mawar terdiam, menikmati angin malam yang lirih menari menelanjangi kulitnya halusnya. Mawar menatap kilauan lampu malam Jakarta, keindahan semu yang ditawarkan metropolitan. Baginya, malam adalah sebuah harapan.  Hanya malam yang memberikan kejujuran yang tak akan ia temui di siang hari.

Bagi Mawar, matahari bukan penerang hidupnya. Ia tak pernah berharap pada cahaya yang menyelimuti kebusukan manusia. Baginya, malam adalah sebuah kejujuran. Di mana ia dapat melihat kejujuran seorang suami yang bosan dengan rumah tangganya, memilih wanita-wanita yang berjajar di sepanjang jalan menawarkan kepuasan sesaat dengan berbagai harga yang ditawarkan.

Melihat seorang wanita yang dikungkung status sosial,menari lincah menikmati jari-jari liar di tubuhnya. , melihat kejujuran manusia yang tak ingin lapar, menghalalkan segala cara. Narkoba, sex dan uang adalah  hal yang menjadi topik utama di setiap penjuru jalanan ibu kota.

''Keindahan? Bagiku tak ada keindahan di dunia ini, hanya ada kebusukan. Keindahan diciptakan untuk menutupi kebusukan. Kau katakna aku indah? Aku adalah bagian dari kebusukan manusia.'' Ucap Mawar tajam.  Mengiris pilu hati pria itu.

''Bagiku malam kini jadi keindahan, jika malam-malam itu tak ada, aku tak bertemu denganmu.''

''Hanya sebuah kebetulan.'' Ucap Mawar yang masih enggan menatap lawan bicaranya. Entah mengapa, Mawar tak bisa menatap laki-laki itu. Bukan takut, bukan pula rish. Ada perasaan yang janggal ketika menatap wajah pria itu.

 Begitulah katanya, setiap malam percakapan yang bagai angin menghiasi pertemuan yang hanya sebentar itu. Setelah Mawar melayani pria-pria yang selalu datang lagi dan lagi, hanya padanya. Pria-pria dengan berbagai latar belakang. Mawar tak pernah sembarangan tidur dengan pria. Ia bukan pelacur jalanan walaupun ia seorang pelacur.

'Tubuhmu adalah candu' salah satu pelangganya selalu membisikan itu. Ia hanya melayani tujuh pria, hanya tujuh! Ia hanya melayani satu pria dalam satu hari. Sesuai jadwal, Mawar adalah simpanan ketujuh pria-pria mapan ini. Siapa perduli? Mawar hanya menjadi bunga di taman pelacuran. Tak lebih dari seonggok daging yang siap diseret keranjang tujuh pria itu.

'' Dengan siapa kau hari ini?'' Pertanyaan yang selalu sama di tiap malamnya.

'' Hari Rabu, masih dengan pria yang sama seperti Rabu kemarin. Seorang Pengacara.''

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun