Mohon tunggu...
SUARDI
SUARDI Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh tani

Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ciri-ciri Berpikir Stoikisme dalam Filsafat

25 September 2022   10:49 Diperbarui: 25 September 2022   10:57 2539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berpikir/sumber gambar: pixabay.com 

Dari sekian banyaknya aliran filsafat, diantaranya ada aliran stoikisme. Kita bertanya apakah Stoikisme itu? Stoikisme atau disebut juga stoa adalah aliran atau mazhab filsafat Yunani Kuno yang didirikan di Athena, Yunani. 

Tokoh dari mazhab filsafat ini adalah Zeno, dari citium pada awal abad ke-3 SM. Namun ada pula yang mencatat Sotoikisme baru resmi pada tahun 108 SM, dan juga 301 SM. 

Stoikisme mengajarkan bahwa manusia harus bebas dari hasrat, tidak bergerak oleh sukacita atau kesedihan, serta tidak mengeluh atas apapun yang terjadi yang tidak bisa dihindari. 

Stoikisme juga menyatakan bahwa kebajikan adalah kebahagiaan dan nilai kehidupan yang didasari oleh perilaku bukan hanya kata-kata saja. Selain itu, menurut stoik kebahagiaan itu juga bukan untuk dikejar. 

Kebahagiaan, ketenangan tidak untuk dikejar, karena sesungguhnya kebahagiaan itu ada dalam diri kita dengan perasaan ikhlas, jujur dan tawakal. Kita mengerti, jadi buat apa mencari ketenangan jika orang mati saja masih di doakan agar tenang. 

Kaum stoik lebih menekankan untuk mengurangi emosi, negatif sebab keputusan yang salah bisa menghasilkan emosi negatif yang dapat menghancurkan manusia. 

"Hidup harus benar-benar realistis dan tidak mengkhayalkan sesuatu yang tidak-tidak. Orang Jawa menyebutnya nirimo ing pandhum, yakni tidak berlebihan, menghadapi dunia apa adanya dan berorientasi pada kesejahteraan dan kebahagiaan," ujar Dr. Listiono Santoso, SS. MHum, Dosen Filsafat Bahasa dan Sastra FIB Unair.

Filsafat Stoikisme mengajak kita untuk hidup realistis, membaca diri, antisipasi diri, dan mengevaluasi diri. Hidup manusia harus siap dengan berbagai tantangan dan hambatan. Pemahaman terhadap realistis adalah proses riil yang harus dihadapi dengan sungguh-sungguh agar hidup manusia menjadi lebih baik dan lebih etis dari sebelumnya. 

Kita mempertanyakan kenapa aliran filsafat ini dinamakan Stoa? yaitu karena para filsuf berdialog dan berdebat di Stoa. Mengutip penjelasan Listio Santoso diatas, setelah Zeno kemudian dilanjutkan oleh filsuf Stoa berikutnya yaitu Chrisippus, Cicero, Epictetus, yang dijuluki sang budak pengajar Stoik atau Marcus Aurelius. 

Mereka para filsuf Stoa yang membicarakan ragam isu dan tema, dari soal teologi, astronomi, fisika, logika, hingga etika. Filsafat utamanya adalah mengenal kebajikan hidup dalam etika dan teologi. 

Ciri-Ciri Berpikir Filsafat Stoikisme

Aliran filsafat ini menurut saya adalah motivasi hidup agar kita terhindar dari cara berpikir negatif tentang diri kita. 

Berdasarkan konsep aliran berpikir Stoiskisme diatas, setidaknya ada empat ciri filsafat Stoikisme yang harus kita ketahui yaitu sebagai berikut: 

Pertama, tidak banyak bicara ide-ide besar apalagi kepada orang-orang awam, melainkan bertindak selaras dengan apa yang dipikirkan dengan kebaikan. 

Kadang kita berusaha meyakinkan suatu kebenaran kepada orang lain yang mungkin awam, tapi mereka tidak mengerti apa yang kita pikirkan. 

Berbicara dengan orang awam menurut aliran Stoikisme bukan pikiran kita yang terlalu besar tapi pikiran merekalah yang terlalu kecil. 

Aliran ini mengajarkan agar kita bijak dan tidak memaksakan pikiran kita untuk dimengerti orang lain. Kita harus bertindak selaras dengan apa yang mereka pikirkan. 

Kedua, filsafat stoiskime menekankan pada dimensi internal manusia dan hidup bahagia dengan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang berada diluar dirinya. 

Kita mungkin pernah berada disituasi ini dimana kita terpengaruh oleh hal yang berada diluar diri kita yang membawa kita pada perasaan negatif. 

Aliran sotikisme mengajarkan agar kita jangan terpengaruh oleh hal-hal yang berada diluar diri kita. Kita harus yakin bahwa keputusan, keberhasilan, kebahagiaan hanya kita yang bisa mewujudkannya. 

Ketiga, logos (universal sang ilahi) yang menata alam semesta ini dengan rasional. Snegatif apapun kejadian yang menimpa, seorang Stoa yang bijak akan melihat kejadian tersebut sebagai bagian dari tenunan indah logos universal tersebut. 

Keempat, tugas manusia menyesuaikan kodrat rasional dirinya sebagai bagian dari alam semesta.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun