Mohon tunggu...
Susilawati
Susilawati Mohon Tunggu... Alumnus USU, Aktifis Lingkungan, dan Mengabdi sebagai Bakal Calon Gubernur Sumut -

Alumnus USU, Aktifis Lingkungan, dan Mengabdi sebagai Bakal Calon Gubernur Sumut

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemimpin Perempuan? Mengapa Tidak?

21 September 2017   15:12 Diperbarui: 21 September 2017   15:20 11218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: http://www.qureta.com

Perempuan sampai saat ini masih termarginalisasi oleh mainstream pemikiran bahwa segala urusan 'luar rumah' adalah urusan pria/laki-laki. Perempuan sepertinya tidak mempunyai otoritas urusan di 'luar rumah', apalagi urusan kepemimpinan. Perempuan seakan terdesak di wilayah 'pinggiran' yang hanya mengurus rumah tangga. Dalam konteks demokrasi dan pemerintahan mestinya tidak ada perbedaan hak antara perempuan dan laki-laki. Karena dalam sistem pemerintahan, yang bergerak adalah sebuah sistem, bukan hanyak fisik semata.

Sangat memprihatinkan, jaman telah sedemikian maju, masih ada pemikiran yang meletakkan perempuan sebagai sub-ordinat laki-laki. Di mana letak keadilan dan kesetaraan gender? Apakah karena dianggap tempat itu adalah tempat 'petarung' yang hanya untuk para pria? Pemimpin yang mempunyai paradigma berfikir seperti itu akan melahirkan kebijakan-kebijakan yang hanya menguntungkan para pria/laki-laki. Tak mencerminkan sebuah keadilan gender.

Sampai saat ini di Indonesia tidak ada undang-undang yang mengatur bila perempuan tidak diperkenankan memegang kekuasaan dalam pemerintahan. Banyak sekali contoh kaum perempuan yang telah berhasil memimpin sebuah wilayah, baik menjadi kepala desa, camat, bupati, walikota, bahkan presiden. Menurut catatan sejarah, kepemimpinan di negara-negara lain pun banyak memberikan bukti keberhasilan seorang perempuan. Di Pakistan ada Benazir Buto, Di Inggris ada Margaret Teacher, dan masih banyak lagi pemimpin-pemimpin perempuan yang mampu dan berhasil membawa negara/masyarakatnya pada kesejahteraan.

Oleh karena itu, sudah saatnya pemikiran kita sportif untuk membuka ruang berkompetisi yang sama. Secara fisik, memang laki-laki lebih kuat, namun kepemimpinan dalam konteks negara dan pemerintahan, bukanlah persoalan fisik semata, melainkan sebuah sistem yang di mana membutuhkan pemikiran yang cerdas dan sanggup menyelesaikan segala permasalahan masyarakat. Dalam hal ini perempuan tidaklah selalu ada di bawah laki-laki. Bahkan perempuan justru terkadang lebih peduli, mampu menyelesaikan dan mengurusi hal-hal yang selama ini luput dari pandangan/urusan pria/laki-laki. Di Indonesia sendiri, banyak pemimpin perempuan yang muncul. Ibu Presiden kita ke-5 Ibu Megawati Sukarno Putri, Walikota Surabaya Ibu Risma, Khofifah Indar Parawansa sebagai menteri, Sri Mulyani sebagai menteri, dan banyak perempuan Indonesia yang sangat potensial untuk menyumbangkan kemampuannya dalam memimpin di negeri tercinta ini.

Saatnya semua dibenahi untuk sampai pada tujuan sebenarnya dalam berbangsa dan bernegara. Perempuan sebagai pencetak generasi muda Indonesia yang berkualitas penting untuk diberikan tempat sebagaimana mestinya. Perempuan adalah tiang negara; "baik perempuan maka akan baik negaranya" begitu pula sebaliknya. Perempuan merupakan soko guru sebuah negara. Bila sudah demikian, tidak ada alasan lagi untuk meminggirkan kaum perempuan.

Perempuan di panggung politik di negara demokrasi berhak untuk mendapatkan kesempatan yang sama di samping laki-laki. Semoga perempuan-perempuan Indonesia selalu menjaga hati bersih, semangat hebat, santun, cerdas, bijak, lihai dan istiqomah. Saatnya kita berfikir sportif, obyektif, adil dalam hal gender, demi masyarakat kita. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun