Mohon tunggu...
Steve Elu
Steve Elu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

STF Driyarkara_2007; Wartawan Majalah HIDUP. Bergiat menulis puisi dan cerpen. Buku puisi pertama: sajak terakhir (Juni 2014)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Dia Berpikir Kreatif ala Eka Kurniawan dan Jokpin

4 Desember 2014   21:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:02 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berpikir Kreatif itu serupa mengolah rujak. Ada buah jambu, mangga, kedondong, nanas, dll., yang dipotong lalu dijadikan satu untuk disajikan. Ketika ia sudah disajikan, kita tidak lagi menyebutnya sesuai nama buah yang sudah dipotong-potong tadi dan dijadikan satu, melainkan kita menyebutnya rujak. Berpikir kreatif adalah usaha untuk merangkai beragam pengetahun yang kita baca, alami, lihat, dengar, lalu kita olah sesuai kehendak yang kita miliki. Dengan demikian, yang namanya orisinalitas masih perlu diperdebatkan. Hal ini disampaikan Eka Kurniawan saat hadir dalam diskusi dan ngobrol soal Berpikir Kreatif di Kemang Art dan Coffee Festival (KACF) 2014, Minggu, 30 November 2014.

Pemahaman seperti inilah yang dilakukan oleh Eka ketika ia mengolah novel-novelnya. Novel "Cantik itu Luka" dan "Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas", kata Eka, dibangun berdasarkan pemahaman ini. Pengalaman masa lalu, keseharian dan pengalaman perjumpaan dengan sepupunya yang berprofesi sebagai seorang sopir, adalah buah-buah yang ia lebur dalam novel-novel ini.

Lebih tegas dari apa yang disampaikan Eka, Penyair kawakan Indonesia Joko Pinurbo justru mendefinisikan 'Berpikir Kreatif' lebih dari itu. Buah-buah itu jangan hanya dipotong tapi harus diperas sedemikian rupa sehingga menghasilkan satu rasa. Artinya, kita tidak hanya mengambil buah-buah itu lalu ditempatkan ke satu tempat lalu selesai, tetapi kita mengolahnya dengan matang sehingga menghadirkan rasa yang berbeda. Dengan demikian, ketika orang yang membaca hasil karya kita, tidak lagi merasakan aneka macam buah, tetapi justru sirup manislah yang ia nikmati.

"Itulah yang saya lakukan ketika saya menulis puisi. Jadi kalau orang bilang menulis puisi itu gampang dan cepat, bagi saya itu keliru. Karena seturut pengalaman saya, ketika saya menulis puisi-puisi saya, prosesnya bisa sampai berbulan-bulan dan melalui proses fragmentasi yang berkal-kali," tandas Jokpin yang hari itu aktif juga mempromosikan dua buku kumpulan puisi terbarunya, "Bulu Matamu: Padang Ilalang" dan "Surat Kopi".

Menurut Jokpin, dalam satu puisinya bisa memuat tiga sampai empat narasi. Setiap narasi ia renungkan maknanya, ia ringkas, lalu coba ia satukan dalam frasa-frasa atau diksi yang padat dan bersisi. Salah satu narasi yang sering menemaninya saat mencari ide untuk menulis puisi adalah Kitab Suci. Maka dalam puisi-puisinya ia mencoba menafsirkan ulang Kitab Suci secara segar dan terkadang mengandung unsur humor.

Itulah intisari dari berpikir kreatif ala Eka Kurniawan dan Joko Pinurbo. Tentu kita memiliki definisi sendiri. Namun tidak salah jika kita mencoba mempraktikkan apa yang sudah dilakukan oleh dua penulis senior ini. Saya sangat yakin bahwa meski idenya sama tapi praktik atau hasil racikannya selalu akan beda rasa. Tidak akan persis sama. Jadi mari kita sama-sama mencobanya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun