Mohon tunggu...
Ahmad afif
Ahmad afif Mohon Tunggu... Afif

fleksibel adalah kunci kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekonomi Ketupat Lebaran

23 April 2025   12:34 Diperbarui: 23 April 2025   12:34 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Signature. Sumber: Dokumen Pribadi. 

Simbiosis mutualisme antara mudik lebaran dengan ketupat menjadi iringan penting atas fenomena tahunan di Indonesia. Wajar saja, tiap tahun orang rela migrasi temporer karena rindu serta nostalgia; terlebih sungkem terhadap handai tolan. Tidak jarang para pemudik rela antri di jalanan -- bahkan ticket wars---dikala momen tahunan ini berlangsung. Pemudik juga tak sungkan merogoh kocek besar sekali untuk mempersiapkan mudik tahun ini agar berlangsung khidmat. Mudik dengan ekonomi tidak dapat dilepaskan begitu saja. Sejalan dengan istemawanya hari lebaran dalam perspektif ibadah (ubudiyyah), lebaran juga digambarkan keistimewaanya pada perspektif ekonomi (muamalah/iqitishadiyah). Dalam hal ini, Bank Indonesia merilis bahwa perputaran ekonomi lebaran dapat diinventarisir melalui pertukaran serta keluarnya uang rupiah beredar. Dari tahun-tahun sebelumnya, data dirilis secara yoy (year-on-year) mulai tahun 2015-2024, pertumbuhan ekonomi lebaran selalu surplus bahkan double digit prosentasinya; hanya saja pada tahun 2020 berada di angka minus dikarenakan efek Covid-19. Pada tahun 2025, prediksi sirkulasi lebaran tetap positif; walaupun diprediksi single digit saja nilainya. Ke depannya, tahun-tahun berikutnya diharapkan bahwa sirkulasi ekonomi lebaran tetap terus positif; bahkan progresif.

Ekonomi

              Realitas sirkulasi ekonomi lebaran tahun ini sesuai dengan prediksi para ekonom. Para ahli telah memprediksi sebelumnya bahwa faktor penopang sirkulasi ekonomi lebaran 2025 nyaris kelabu; bahkan kelap-kelip. Tengok saja realitanya, perputaran uang, badai PHK, daya beli masyarakat, tabungan masyarakat terkuras, menjadi penentu di lebaran 2025. Kamar Dagang Indonesia (Kadin) membeberkan bahwa capaian sirkulasi perputaran uang lebaran 2025 mengalami penurunan. Angka penurunan signifikan sebesar 12,28%, dari Rp 157,3 triliun menjadi Rp 137,97 triliun. Begitu juga sebelas-dua belas dengan badai PHK. Merujuk data Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), sedikitnya 17.000 buruh terdampak PHK sepanjang Januari-Februari 2025. Mayoritas datang dari industri padat karya, di antaranya industri bulu mata di Garut serta industri tekstil di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Terbaru dalam skala yang sangat besar adalah tutupnya PT. Sritex di Surakarta, produsen sandang terbesar di Asia Tenggara.

              Pembelian masyarakat juga jelas saja berdampak. Faktor PHK menyebabkan landaian perputaran uang; sebab banyak yang tak punya penghasilan. Jika tidak mempunyai penghasilan, otomatis pembelian juga akan ikut mengalami penurunan. Angka miris ini juga berdampak terhadap deflasi bahan pokok lebaran 2025. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardade, 2025 menuturkan bahwa konsumsi masyarakat menjelang Lebaran mengalami perlambatan signifikan yang tercermin dari penurunan Indeks Penjualan Riil (IPR) sebesar -0,5% secara tahunan pada Februari 2025, yang mana terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatatkan penurunan sebesar 1,7%. Padahal biasanya bahan pokok di atas selalu terdampak inflasi setiap momen lebaran. Kepala Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra PG Talattov, Kamis (27/3/2025), berpendapat, fenomena deflasi pada Februari 2025 merupakan sebuah anomali yang cukup mencolok. Hal itu mengingat setiap menjelang Ramadhan-Lebaran pada tahun-tahun sebelumnya selalu terjadi inflasi pangan akibat lonjakan permintaan. Artinya bahwa Dalam kurun waktu 25 tahun terakhir atau sejak 2000, Indonesia kembali mengalami deflasi tahunan menjelang Ramadhan-Lebaran 2025. Kalau deflasi sebenarnya enak-enak saja bagi masyarakat karena harga bahan pokok relatif terjangkau, namun bagi sebagian masyarakat yang terdampak lesunya pendapatan, tentu saja sangat terasa jangkauan daya belinya; walaupun deflasi.

Ketupat lebaran

              Pada momen lebaran, pemudik juga tidak lepas dari nostalgia ketupat lebaran di kampung halaman. Bagi sebagian wilayah besar di Nusantara, ketupat lebaran memiliki arti simbolik atas kembalinya manusia dalam keadaan suci dari dosa kepada Tuhan dan kepada sesama manusia. Tidak bisa dipungkiri bahwa alasan mudik adalah KETUPAT. Arif dan Lasantu (2019) mengkaji nilai pendidikan yang terdapat dalam tradisi lebaran ketupat  masyarakat  suku  Jawa  di  Tondano,  Gorontalo. Peneliti  hanya mengkaji  fenomena  dari  sudut  pandang  kebudayaan  universal. Peneliti mengungkapkan bahwa tradisi bakdo  ketupat dipercayai  sebagai  perekat  silaturahmi  antara  orang Jawa  pendatang  dengan  masyarakat  lokal  Gorontalo. Ketupat  merepresentasikan nilai-nilai  penting  seperti laku papat yang  terdiri  dari luberan, lebaran,leburan, dan laburan. Berbeda  dari  pendapat Arif  dan  Lasantu (2019), Bastaman  dan  Fortuna (2019) melakukan kajian bahwa ketupat  dapat dilihat    posisinya  dalam upacara  tradisi rebo wekasan di  Desa Cikulur Tahun. Dari  hasil penelitiannya,  ditemukan  bahwa  ketupat  tidak  lagi  mudah dijumpai dalam tradisi rebo wekasan. Semakin berkembangnya zaman dan pola pikir masyarakat,   kesakralan   ketupat   mulai   tergeser.   Masyarakat menggganti ketupat dengan  jenis  makanan  lain  yang  lebih  praktis  dalam  proses  pembuatannya  seperti agar-agar atau roti.

              Akulturasi budaya bisa saja terjadi kapan saja dan dimana saja serta siapa saja. Akan tetapi, hampir sebagian besar pemudik di seluruh daerah di penjuru Indonesia, mayoritas masih mempunyai sense terhadap ketupat, baik paham atas filosofinya maupun tidak paham sama sekali. Bahkan, di beberapa televisi, iklan, spanduk, bahkan mal-mal di penjuru tanah air tidak ketinggalan memasang logo bentuk ketupat sebagai ikon lebaran Idul Fitri. Hal ini tentu saja mensahihkan bahwa alasan utama ketupat tetap dibuat tradisi pada momen lebaran, sudah menjadi idealisme yang ikonik.

Neo-Urbanisasi

              Mengacu pada sirkulasi ekonomi akibat mudik lebaran 2025. Tentu tak lepas dari filosofi ketupat sebagai perekat sense lebaran yang ikonik. Tentu masyarakat tidak semuanya mengaitkan mudik dengan ketupat, sebab ketupat bukan sebagai media silaturahim secara fisik maupun digunakan untuk kumpul-kumpul keluarga di kampung halaman. Lebih daripada itu, ketupat sudah mandarah daging. Kini, pola migrasi dalam konteks mudik juga bisa dilakukan melalui pola migrasi secara filosofis yang dilaksanakan di daerah perantauan. Namun, yang tidak bisa digantikan adalah bertemu dengan sanak saudara untuk menyambung rasa kasih diantara keluarga sedarah. Terkadang ada pertanyaan bahwa disuruh bermaafan, namun tidak pernah berbuat kesalahan di momen sebelum lebaran. Memang benar, ketika lebaran dianjurkan bermaafan dalam konteks memperkuat rasa kasih diantara sesama. Bukankah ekonomi juga akan kuat apabila setiap hari diprogres keberadaannya?

             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun