Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keadilan Allah

2 Maret 2018   12:02 Diperbarui: 17 Agustus 2018   21:59 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alkitab secara eksplisit mengajarkan bahwa Allah adalah adil. Ulangan 32:4 “Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia”. Dalam Mazmur 7:12 Allah disebut sebagai Hakim yang adil. Bahkan TUHAN sendiri mengklaim sebagai Allah yang adil (Yes. 45:21b). Dalam situasi sulit yang dihadapi bangsa Yehuda di pembuangan, Daniel tetap mengakui bahwa Allah adalah adil (Dan. 9:14). Keadilan ini bahkan seharusnya menjadi dasar kebahagiaan bagi mereka yang menantikan Allah (Yes. 30:18b).

Walaupun keadilan Allah dinyatakan secara jelas dalam Alkitab, namun kita kadangkala meragukan hal ini. Ayub pernah menganggap Allah telah bertindak yang tidak adil terhadap dirinya (19:6). Asaf pernah mempertanyakan keadilan Allah (Mzm. 73), begitu pula dengan Habakuk (Hab. 1:2-4).

Pernahkah kita memikirkan mengapa Yakobus akhirnya mati dalam penjara (Kis. 12:2), sedangkan Petrus dan Paulus dibebaskan (Kis. 12:7-10; 25-33)? Apakah kita pernah melihat seorang ayah yang sangat dicintai dan dibutuhkan oleh anak-anaknya yang masih kecil ternyata meninggal dunia, sedangkan ayah lain yang kurang dikasihi dan dibutuhkan anak-anaknya malah berumur panjang? Pernahkah kita iri dengan orang lain yang lebih sukses daripada kita padahal orang itu tidak mengasihi Allah? Bukankah kita sering mendengar kesaksian ada orang Kristen yang sakit kanker tapi disembuhkan Tuhan secara ajaib sedangkan anggota keluarga kita yang juga sama-sama mengasihi Tuhan ternyata mati karena penyakit yang sama? Pertanyaan seperti ini tentu saja masih dapat diperpanjang lagi. Kita semua – atau paling tidak sebagian besar dari kita – pernah meragukan keadilan Allah (apabila direnungkan secara jujur dan objektif).

Apakah Allah kadangkala adil dan di saat lain Dia tidak? Apakah keadilan Allah itu? Bagaimana kita meresponi situasi hidup kita yang membuat kita kesulitan melihat keadilan Allah?

Konsep yang salah tentang keadilan

Kata “keadilan” pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kita sering mendengar atau mengucapkan kata ini. Begitu akrabnya kata ini, sampai-sampai kita seringkali merasa tidak perlu untuk mendefinisikan lagi kata ini. Kita menganggap arti kata ini sudah sedemikian jelas.

Sikap di atas – sekalipun merupakan hal yang sangat umum – harus dihindari. Para filsuf sekelas Aristoteles pun bergumul dengan arti kata ini. Orang yang tidak mau mendalami arti kata “keadilan” justru seringkali terjebak pada konsep yang salah. Salah satu yang paling umum dan penting adalah anggapan bahwa keadilan berarti sama rata. Jika ada dua orang, maka masing-masing berhak mendapatkan bagian yang sama persis.

Ketika saya menggumuli hal ini, saya yakin bahwa permasalahan utama bukan terletak pada kesalahpahaman konsep, tetapi inkonsistensi konsep. Untuk memperjelas poin ini, saya akan memberikan sebuah ilustrasi sederhana: apakah adil kalau seorang tukang becak (maaf, saya tidak bermaksud merendahkan pekerjaan ini) yang bekerja keras selama 12 jam sehari ternyata mendapat penghasilan yang jauh lebih kecil daripada seorang direktur dengan jam kerja yang lebih sedikit? Kita pasti akan setuju bahwa hal ini tetap adil, karena ditektur memiliki kelebihan-kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh tukang becak. Jika kita mengakui bahwa kasus tersebut tetap adil, maka sebenarnya kita sudah menyadari bahwa keadilan tidak berarti sama rata. Lebih jauh, kita perlu menyadari bahwa tidak ada dua orang yang sama secara persis, sehingga akan menjadi tidak adil (berdasarkan konsep yang salah) apabila keduanya mendapat bagian yang sama persis. Dengan kata lain, (kesalahan) konsep tentang keadilan sebagai kesamarataan tidak bisa dilakukan secara konsisten.

Sayangnya, konsep di atas justru seringkali menyulitkan kita untuk memahami keadilan Allah. Kita cenderung menuntut Allah memperlakukan semua orang secara sama. Jika Allah melakukan tindakan yang berbeda, maka kita menuduh Dia telah bertindak secara tidak adil.

Apakah keadilan itu?

Alkitab tidak memberikan definisi yang eksplisit untuk kata “keadilan”. Kata ini muncul berkali-kali tanpa mendapat penjelasan. Saya akan menjelaskan kata ini dengan memberikan ilustrasi sebagai berikut:

  • Seandainya seorang pemimpin perusahaan memilih keponakannya untuk bekerja di perusahaannya, sedangkan ada pelamar lain yang lebih kompeten dari keponakannya, apakah tindakan pemimpin ini dapat dikategorikan adil?
  • Bagaimana jika keponakan itu memiliki kompetensi yang sama dengan pelamar lain?
  • Bagaimana jika menurut aturan perusahaan tidak boleh ada dua orang yang memiliki kekerabatan dapat bekerja di perusahaan itu?
  • Bagaimana jika pemimpin itu mengubah peraturan yang lama lalu menerima keponakannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun