Kelima gadis ini sedemikian bijak: tidak hanya mempersiapkan cadangan minyak yang cukup, tetapi juga mengantisipasi hal-hal yang di luar dugaan termasuk permintaan teman  mereka sendiri. Mereka dikatakan bijak sebab mereka menghargai apa yang menjadi tugasnya. Mereka tahu tugasnya dan bertanggungjawab sebaik-baiknya.
Mereka berpikir melampaui apa yang dipikirkan teman-temannya yang bertugas apa adanya. Mereka tahu bahwa yang mereka sambut adalah orang penting yang dinantikan semua orang yang beracara.Â
Pengantin mempelai laki-laki itu tokoh utamanya. Jangan sampai ada kesalahan. Jika mereka gagal melayani pengantin tepat pada waktunya, maka tidak ada kebahagiaan yang mereka dapatkan. Mereka tidak diperkenankan ikut dalam pesta perkawinan yang meriah itu. Bahkan keberadaan mereka tidak dikenali sebab mereka tidak bertanggungjawab dengan tugasnya.
Perumpamaan ini mengingatkan agar kita hidup sebagai orang-orang kristen yang bijak dan bukan orang kristen yang bodoh. Kedatangan Tuhan bisa terjadi kapan saja. Tidak ada yang tahu waktu persisnya: "Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri" (24:36); "Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.Â
Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga" (24:43-44); "Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya" (25:13). Â Â
Berulang-ulang dikatakan pentingnya berjaga-jaga; tetap waspada dan siaga. Bahkan di taman Getsemani, Â Tuhan Yesus berkata: Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah" (26:41).
Kita dingatkan bahwa waktu ini bukan sepenuhnya milik kita. Kita diberi anugerah kehidupan untuk berkarya bagi Tuhan. Jika sampai hari ini kita masih tetap ada; tetap menikmati kehidupan; dapat merayakan natal dan menyongsong pergantian tahun, semua karena anugerah Tuhan.
Seringkali kita menjalani hidup dengan percaya pada Tuhan, namun sama seperti pelita yang hampir padam, kita tidak pernah mengalami sukacita bersama dengan Tuhan.Â
Saat orang lain menikmati berkat Tuhan karena kasih dan ketaatan dan kesetiaannya, kita tidak ada bersama dengan Tuhan Yesus. Kita kehilangan berkat Tuhan, bukan karena yang lain istimewa tetapi karena kalalaian kita yang sering mengampangkan sesuatu; menganggap remeh tanggungjawab; tidak menyadari pentingnya kesungguhan hati dalam mengasihi dan melayani Tuhan; kita tidak mau repot untuk menyambut Tuhan Yesus. Â
Di antara kita ada saudara kita yang bergembira dalam hidupnya sebab mereka benar-benar mengasihi Tuhan; mereka melayani Tuhan dengan sepenuh hati; dengan maksimal; bukan yang minimal; yang seadanya.Â
Mereka mau berkorban bagi Tuhan dan percaya apa yang mereka lakukan bagi Tuhan tidak sebanding dengan kemuliaan yang kelak dianugerahkan.
Karena itu, mari kita mulai memperhatikan bahwa hidup yang kita jalani pada waktunya akan berlanjut dalam kekekalan. Apa yang saudara tabur kelak saudara terima.Â
Kadang yang kita tabur hanya untuk diri kita dan bukan untuk kemuliaan Tuhan. Kita perlu dengan rendah hati bertanya apa yang hal terbaik yang sudah saya berikan pada Tuhan?Â