Mohon tunggu...
Christina Dini
Christina Dini Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar Nulis

Belajar Nulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mukjizat

18 Juli 2019   17:46 Diperbarui: 18 Juli 2019   17:53 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerimis mulai turun dari langit, mengiringi langkah kecilku ditengah keramaian kota. Kulirik jam ditangan kiriku, 06.20 sedikit menghela nafas dan terus melangkah. Masih ada waktu untuk tiba dirumah Mbok Da. Kupercepat langkah kaki, agar bajuku tak basah kuyup. "Mas Bayu.." suara itu sangat akrab ditelingaku. Mataku beradu dengan sosok gadis manis yang sedang berlari kearahku dengan payung ditangannya.

Ah.. Vita gadis ini pasti sudah menungguku di ujung gang. Senyumnya semakin mengembang saat berdiri tepat didepanku. "Tidak usah repot menjemputku, lagi pula hujannya tidak deras kok". Sederet gigi rapi nan putih nampak manis dengan bibir tipis itu. "Ahk gak papa kok mas, nanti kalo mas sakit kan kasian, gada siapa-siapa yang ngurusin" aku hanya tertawa kecil mendengar jawabannya yang polos.

Kami berjalan menyusuri jalan setapak, dan lampu temaram menghiasi langkah kami. "Gimana kuliahnya mas? Lancar kan?" suara Vita memecah keheningan. "Puji Tuhan, lancar dek" jawabku sedikit gugup. Aku sedang bergumul dengan kekhawatiran dalam pikiranku. Tapi aku tak mau Vita mengetahuinya.

Karna pasti Vita akan memberitahukan pada ibunya. Dan sudah pasti aku tak mau merepotkan. Selagi aku bisa berusaha, akan aku lakukan. Tak terasa kami sampai di depan rumah Vita. Beberapa umat sudah duduk lesehan diruang tamu rumah Mbok Da. Wajah keibuan nan penuh kasih Mbok Da menyambut kedatanganku.

"Sudah sampai nak Bayu? Si Mbok yang minta Vita jemput kamu di gang depan, biar kamu ndak kehujanan" sapa Mbok Da sambil mempersilahkan aku untuk masuk. Kuraih tangan Mbok Da dan kuletakkan dipipi  kananku, sambil memberi salam. "Wah mas Bayu special ya, pake dijemput segala" ucap pak Marto ketua lingkungan.  Disambut tawa dan canda umat yang lain.

Mereka semua adalah umat di lingkungan Santa Magdalena, yang rutin berkumpul untuk doa bersama biasanya sebulan sekali, dan kali ini giliran di rumah Mbok Da. Di bulan Maria, biasanya setiap hari kami berkumpul untuk mendaraskan doa Rosario. Dan kebersamaan seperti iniah yang membuatku menjadi lebih kuat, karena aku tak sendirian.

Aku sangat beruntung, karena kos ku tak jauh dari rumah Mbok Da. Jadi setiap kali ada doa bersama dari Lingkungan Santa Magdalena, aku selalu menyempatkan diri untuk bergabung. Setidaknya aku memiliki keluarga baru, dan aku sangat senang karena diterima dengan baik disini. Bukan melulu soal menyelesaikan tugas kuliah, tapi mendengarkan renungan dan doa bersama buatku sangat penting. Agar aku tak hilang arah. Apalagi aku hanya anak kos yang hidup serba pas-pasan.

Malam kian larut dan hujan semakin deras, hingga udara dingin menusuk tulang, aku masih terngiang kata-kata pak Marto ketua lingkungan Santa Magdalena, "Mujizat Tuhan itu nyata". Kuhela nafas, mencoba mengusir kegelisahanku, tanggal 27 jatuh tempo pembayaran semester ganjil. Dan Bapak masih belum mendapatkan uang untuk membayar biaya kuliahku. Belum lagi Putra adik bungsuku sedang sakit dan butuh biaya pengobatan.

Sementara kerja paruh waktuku selama ini hanya cukup untuk makan sehari-hari dan biaya kos bulanan. Kubuka tas ransel, dan kudapati plastik hitam kecil, ini pasti kue bolu dari Mbok Da. Selalu saja Mbok Da menyelipkan makanan kecil di tasku. Aku bersyukur tinggal di lingkungan ini, terlebih karena Mbok Da yang selalu menyayangiku seperti anaknya sendiri.

pxhere.com
pxhere.com
Dan aku terperanjat, ternyata didalam plastik itu bukan kue bolu, seperti yang sudah-sudah aku dapati selama ini. Isinya ternyata sebuah amplop putih dan betapa terkejutnya aku, karena didalamnya berisi banyak sekali uang pecahan seratus ribuan. Kuperiksa lagi, barangkali ada tulisan ato petunjuk. Namun sama sekali tidak ada. Degub jantungku menjadi sangat kencang, uang milik siapa ini? Bagaimana bisa ada seseorang yang dengan sengaja memasukan uang kedalam tas ransel butut ini? Apa tidak salah?

Drrrttt..ddrrttt...ddrrttt... HP ku bergetar benar-benar mengejutkanku. Aku lupa HP masih dalam mode silent. "Bayu.. maaf malam-malam begini telpon kamu" suara diseberang nampak tak asing bagiku. "Owh.. ya.. tidak apa-apa" jawabku dengan keraguan. "Bayu, maaf ya tadi tidak sempat ketemu, jadi aku masukan amplop putih didalam plastik hitam kedalam tasmu. Itu uang hasil terjemahan bulan lalu, dan uang les part time sampai akhir bulan ini" Aku hanya terdiam, tak mampu berkata-kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun