Suatu ketika di jantung kota itu, di antara gedung-gedung pencakar langit yang menjulang, berdenyutlah lantai bursa.
Dulu, hiruk pikuk teriakan dan lambaian tangan menjadi ciri khasnya. Kini, nyaris sunyi. Bukan karena pasar lesu, justru sebaliknya. Revolusi senyap sedang terjadi, dipimpin oleh bisikan algoritma.
Kisah ini dimulai dengan seorang analis muda bernama Anya (nama ini bukan nama sebenarnya).
Ia merasa frustrasi dengan metode tradisional. Berjam-jam menatap layar, mencoba menangkap pola di antara lautan data, seringkali berakhir dengan keputusan yang terlambat. Anya bermimpi tentang cara yang lebih cerdas, lebih efisien.
Suatu malam, ia menemukan artikel tentang Artificial Intelligence. Awalnya skeptis namun karena itulah Anya termotivasi untuk bereksperimen.
Ia melatih model AI dengan data historis, laporan keuangan, bahkan sentimen dari media sosial.
Hasilnya mencengangkan. AI mampu mengidentifikasi tren tersembunyi yang luput dari perhatiannya.
Anya tidak berhenti di situ saja. Ia mengembangkan algoritma perdagangan yang didukung AI.
Sistem ini mampu mengeksekusi perdagangan secara otomatis, berdasarkan aturan yang telah ditentukan.
Anya merasa ngeri sekaligus kagum saat melihat algoritma itu bekerja, membeli dan menjual aset tanpa ragu, tanpa emosi.
Tentu saja, tidak semuanya berjalan mulus. Anya menghadapi tantangan besar: data yang bias, algoritma yang sulit dipahami, dan risiko yang tak terduga.