Mohon tunggu...
fanky christian
fanky christian Mohon Tunggu... Full Time Blogger - IT Specialist, DCMSolusi, DCMGroup, EventCerdas, StartSMEup, JesusMyCEO, IndoBitubi, 521Indonesia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

IT Specialist, khususnya infrastruktur, aktif di beberapa Asosiasi IT, suka mengajar dan menulis, fokus kepada IT , enterpreneurship, content marketing. Mengembangkan Daya Cipta Mandiri Group, EventCerdas, 521Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

UMKM yang Dipaksa Online

10 Januari 2021   14:24 Diperbarui: 10 Januari 2021   14:27 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Pandemi Covid19 yang masuk ke Indonesia di awal Maret 2020 ini membuat semua orang kaget, termasuk juga pebisnis Usaha Kecil Menengah (UKM). Pemerintah kita membagi segmen UKM ini menjadi Usaha Mikro , Kecil dan Menengah (UMKM) dan ada Usaha Besar. Semua ini diatur dalam UU 20 Tahun 2008.

Disana diatur juga kriteria Usaha Mikro dengan kekayaan bersih 50 juta per tahun , dan hasil penjualan maksimal 300 juta. Usaha Kecil dengan kekayaan bersih 50--500 juta per tahun, dengan hasil penjualan 300 juta --- 2.5M per tahun. Dan Usaha Menengah adalah dengan kekayaan bersih 500 juta --- 10 M per tahun, dan hasil penjualan 2,5M --- 50 M per tahun.

Jelas kan anda masuk yang mana ? Dan yang sebenarnya menjadi target pemerintah dari program Bantuan Langsung Tunai 2.4jt . Seharusnya adalah pengusaha usaha mikro tentu saja. Tapi apapun, tetap banyak yang merindukan bantuan itu kan. Padahal ada cara lain yang lebih baik, dan mungkin mendapatkan lebih dari 2.4juta.

Ya, menjadi UMKM Online. Tapi memang harus kita akui, tidak semua bisa menjual produk dan solusinya secara online. Dan 'memaksa' apapun yang UMKM jual dan segera dijual online juga tidak mudah.

Target UMKM online menjadi 10 juta tahun ini memang patut diupayakan. Di lain pihak, bila membuka data pelanggan marketplace Indonesia, sebut saja TokoPedia dan Bukalapak, maka angka 10juta ini harusnya bisa dicapai.

Lalu apa kendalanya hingga UMKM sulit sekali diajak online ?

Pertama, tentu produk dan jasa mereka apakah bisa dijual secara online. Tidak terpikir untuk kita, tukang tahu gorengan keliling menjual tahunya secara online. Apalagi tukang ternak itik yang setiap hari ada di kandang, dan dipaksa untuk online. Jadi memang tidak semuanya bisa dipaksa untuk dijual secara online.

Kedua, pelaku UMKM belum melek teknologi informasi. Mungkin sekarang sudah sebagian besar menggunakan WhatsApp. Bahkan gara-gara pandemi, mereka dipaksa juga mengerti tentang video conference, Zoom misalnya. Karena, apapun itu, transformasi digital harus dimulai dengan si pelaku nya sendiri. Jangan harapkan bisnisnya bisa online, kalau pemiliknya, pengelola usahanya tidak mau belajar dan melek Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Maka mulailah belajar dengan yang bisa mereka kuasai. Semula hanya bisa telepon dan SMS, sekarang belajar WhatsApp (WA) dan WA Video call. Jadi bertemu orang, calon pelanggan, pelanggan bisa via WA. Kemudian, gunakan 'Power of Three' dari WA, yaitu Facebook + Instagram. Ini paling mudah. Dengan bisa akses WA, mereka bisa belajar membuat instagram dan facebook. Dan koneksikan ketiganya. Tiap akses ke Facebook, ada Facebook Page yang mengakses WA mereka. Di kontak Instagram ada WA mereka. Dan di WA mereka, ada informasi FB Page dan Instagram mereka.

Ketiga, promosi secara online. Banyak orang menganggap ini semua harus pakai website, pasang jasa Search Engine Optimization (SEO) dll. Padahal tidak harus. Dari kemampuan menggunakan WA, gunakan WA untuk mengupdate produk dan solusi, cukup dengan WA Status. Lihat siapa saja yang tertarik dengan produk dan jasa kita, kontak mereka. Inti dari promosi adalah ada yang di promosikan, ada yang tertarik melihat (target) dan ada yang menindaklanjuti (closing). Dan ini semua hanya perlu 'jari'. Kalau sudah mahir, barulah belajar yang lebih jauh.

Keempat, pakai jalur marketplace. Setelah menguasai jualan via WA, Facebook dan Instagram, mungkin jangan lupa, gunakan kemampuan marketplace. Kita tidak harus melulu berjualan, tapi marketplace adalah tempat yang tepat untuk menguji apakah produk dan jasa kita diterima di pasaran. Ada berapa banyak produk dan jasa sejenis. Analisa itu, amati harga-harga yang bertebaran, meskipun ada di marketplace, tetap kita ada 'celah' untuk pelanggan yang belum terbiasa membeli via marketplace. Tetap ada peluang orang lebih percaya membeli ke tempat atau orang yang dikenalnya. Jangan lupa juga, sekarang ada marketplace untuk jasa juga. Jadi tidak melulu soal produk.

Kelima, Update , perbaharui. Kita punya WA, tapi tidak pernah buat WA Status, untuk apa. Kita punya Facebook, Instagram, tapi tidak pernah buat dan update status, untuk apa gunanya. Jadi harus selalu, dan selalu, dilakukan pembaharuan, update status. Update status ini bisa terkait produk dan jasa, bisa terkait pelanggan yang senang menggunakan nya. Bisa terkait interaksi internal usaha, dan lain sebagainya. Bahkan sekarang TikTok for Business pun sudah banyak digunakan. Hanya karena kemampuan luar biasa dari update dan follow.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun