Dekat. Tetangga di depan rumah sebelah. Hidup terasa hampa, sejak ditinggal istri menghadap Sang Pencipta, sembilan bulan lalu. Kedua anaknya tak tinggal serumah, telah menikah dan hidup bersama keluarganya.
Sebutlah namanya Pak Johan, 67 tahun, purna tugas, hampir tiap pagi terlihat merapikan dan membersihkan rumput di samping rumahnya, usai jalan kaki keliling sekitar rumah.
Sekadar atau sebatas menyapa ringan, selamat pagi, saat tergopoh-gopoh mau berangkat kerja, tanpa pernah serius bicara atau bertandang ke rumahnya.
Saat tak sengaja pagi itu, kujumpa di tepi rumahnya, kebetulan hari libur, Pak Johan menyampaikan keluhannya.
"Sejak istri meninggal, jantung terasa sesak. Terlalu merasa kehilangan. Kata dokter, dianjurkan sering-sering jalan santai pagi," kata Pak Johan lirih.
Cuma beda 7 tahun denganku, mungkin dikarenakan kesehatan yang kurang prima, terbaca sudah bahwa semangat hidupnya agak terkikis akibat kepergian istri yang mendadak.
Kuingin berbagi, mengurangi derita, dan berbagi semangat kepadanya, agar tetap sehat dan bahagia menerima kenyataan.
Pagi itu kuperiksa apa yang menjadi kesukaannya, apakah Pak Johan suka musik.
"Suka menyanyi Pak?" tanyaku
"Suka sich, tapi cuma dengar-dengar aja," katanya lirih.
"Pernah dengar lagu-lagunya Obbie Mesakh?"