Lalu lalang. Banyak turis di mana-mana, hampir di setiap sudut Kota Jogja. Bukan saja sudah terlanjur terkenal, tapi jelas tak dapat dipungkiri.
Suasana kerajaan, seni budaya dan juga banyaknya bangunan-bangunan bersejarah, pantai dan kulinernya, bikin kita-kita semakin ngiler.
Tak ada yang aneh, ketika mobil-mobil tanpa mesin, berkeliling di sekitar Alun-Alun Kidul, Yogyakarta, Jumat malam (10/11/17). Hati senang, dan berceloteh riang meski kaki pegal pasca mengayuh pedal mobil.
Mobil-mobil beraneka model, sejatinya merupakan becak-becak yang dimodifikasi. Plus kelengkapan lampu-lampu led bercahaya warna-warni. Biaya sewa termasuk ekonomis, tergantung jenis dan jumlah muatan di dalamnya. Berkisar puluhan ribu.
Sambil mengayuh berkeliling, kita pun dihibur oleh lagu-lagu pilihan dari tablet monitor di samping kemudi.
Mobil-mobil cahaya telah memberi kesadaran bersikap. Tak boleh terlalu bangga dengan pencapaian, karena tak berlaku di saat lain.
Semisal contoh, waktu menunggu kawan datang. Tanpa ditanya, saat terlihat turun dari ojeg online, langsung berkata bahwa sopirnya sedang sakit tak masuk kerja. Padahal tak ingin ditanyakan. Artinya, kawan itu ingin menjelaskan bahwa dia punya mobil. Â
Sukses yang terkesan diobral juga terjadi saat reuni kawan-kawan jaman kiwari. Kesombongan berlebih diceritakan di hadapan kawan-kawan lain. Anak-anaknya, telah sukses menempuh pendidikan di luar negeri dan telah bekerja. Dampaknya, bagi yang tak sukses akan terluka.
Kebanggaan itu ada waktu dan kesempatannya. Jangan sampai kita pamer kehebatan dan kekayaan, melukai dan menyinggung perasaan kawan-kawan lain.