Kompasiana.com, KENDAL - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang tergabung dalam program UNNES GIAT 12 dan ditempatkan di Desa Curugsewu, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, tengah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata dengan tema "Membangun Indonesia dari Desa". Salah satu program kerja wajib yang difasilitasi oleh Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata UNNES adalah pembentukan dan penguatan Desa Tangguh Bencana. Program ini menjadi langkah nyata untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana di wilayah tersebut.
Fokus utama program meliputi delapan indikator penting, yaitu penilaian ketangguhan desa, Â pembentukan Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB), kajian risiko bencana, penyusunan sistem peringatan dini, penyusunan jalur evakuasi, rencana penanggulangan bencana, rencana kontingensi serta penilaian ketangguhan desa setelah desa tangguh bencana terbentuk. Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan dengan tahap diskusi dan sosialisasi.Program ini melibatkan mahasiswa UNNES Giat 12, Pemerintah Desa Curugsewu, serta masyarakat setempat yang terdiri dari tokoh masyarakat, karang taruna dan relawan desa.
Program ini dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung pada 22 Juli 2025 di Balai Desa Curugsewu dengan agenda utama penilaian ketangguhan desa yang dilakukan bersama sekretaris desa dan perangkat desa.
Pertemuan kedua digelar pada 2 Agustus 2025 di halaman Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Kegiatan diawali dengan pemaparan konsep Desa Tangguh Bencana kepada relawan, karang taruna, dan warga. Selanjutnya, dibentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) yang beranggotakan para peserta yang hadir dalam pertemuan tersebut. Setelah forum terbentuk,diskusi dilanjutkan dengan kajian risiko bencana, yakni mengidentifikasi potensi bencana yang kerap terjadi di Desa Curugsewu.
Hasil kajian menunjukkan bahwa bencana yang paling sering terjadi adalah tanah longsor, khususnya di Dusun Mangunsari. Longsor berskala kecil tercatat muncul setiap 3 - 5 tahun sekali, namun dampaknya cukup signifikan karena menutup akses jalan desa dan menghambat aktivitas pertanian masyarakat.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada 9 Agustus 2025 di Posko Mahasiswa UNNES GIAT 12, Kegiatan ini menindaklanjuti diskusi pada pertemuan sebelumnya dengan membahas indikator - indikator lain, yaitu penyusunan sistem peringatan dini ketika bencana terjadi, penyusunan rencana evakuasi, rencana penanggulangan bencana dan rencana kontingensi.
Dalam tahap ini, mahasiswa bersama masyarakat merancang sistem peringatan dini sederhana berbasis potensi lokal. Sistem tersebut memanfaatkan alat komunikasi yang tersedia serta menetapkan petugas khusus sebagai penyebar informasi di lingkungan yang berisiko terdampak. Selain itu jalur evakuasi ditentukan dan ditandai pada titik - titik strategis desa guna mempermudah mobilisasi warga saat bencana.
Tidak hanya berhenti disitu, program ini juga menghasilkan rencana penanggulangan bencana dan rencana kontingensi yang kemudian disosialisasikan langsung kepada masyarakat. Harapannya, dengan adanya Desa Tangguh Bencana, masyarakat Curugsewu dapat lebih siap menghadapi ancaman bencana sekaligus mampu meminimalkan risiko korban jiwa maupun kerugian materi.
Melalui rangkain program Desa Tangguh Bencana yang dilaksanakan bersama masyarakat, mahasiswa UNNES Giat tidak hanya berfokus pada mitigasi bencana, tetapi juga melaksanakan berbagai program lain yang mendukung pembangunan desa berdasarkan potensi desa yang ada. Dengan adanya sinergi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan warga diharapkan seluruh program KKN dapat memberikan manfaat berkelanjutan serta mendorong Desa Curugsewu menjadi desa yang lebih tangguh, mandiri, dan berdaya saing.