Mohon tunggu...
Sri Wangadi
Sri Wangadi Mohon Tunggu... Penulis - 📎 Bismillah

📩 swangadi27@gmail.com 🔁 KDI - BTJ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketahui Adabnya Saat Bertemu Penyandang Disabilitas di Tempat Umum

5 Desember 2021   09:23 Diperbarui: 5 Desember 2021   09:37 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : wikimedia

Kalau ada orang yang kurang fisiknya jangan kau tatap matanya. Jangan lihat lama-lama, nanti sedih hatinya.

Pentingnya memiliki adab sebelum berilmu, sebab, kepandaian akan sia-sia jika tidak dilengkapi dengan adab (etika). Ilmu bisa membahayakan diri sendiri maupun orang lain jika tidak dihiasi dengan adab.

Adab juga diperlukan ketika ketika berinteraksi dengan penyandang disabilitas, mereka tidak butuh dikasihani tapi dihargai, mereka juga punya kelebihan dibalik kekurangannya, sama seperti orang lain pada umumnya.

Saat mengasihani mereka, tanpa disadari kita sedang menganggap mereka tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu. 

Persepsi tersebut memengaruhi cara kita berinteraksi dan cara mereka memandang perannya ditengah masyarakat. Alhasil banyak disabilitas yang menimbun potensi yang dimiliki karena stereotipe yang kerap diterimanya.

Lalu bagaimana etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas?

Bersikaplah ramah dan sopan yang dihiasi dengan senyuman. Salam dan sapa adalah etika pertama yang wajib dimulai ketika bertemu seseorang, termasuk disabilitas.

Tanyakan lebih dulu apakah mereka memerlukan bantuan atau tidak, jika tidak, jangan memaksa.

Gunakan bahasa bahasa tubuh/mimik/gestur/ekspresi yang jelas saat berinteraksi dengan "teman tuli". Jika diperlukan, bisa juga menggunakan alat tulis. Jika mereka memiliki pendamping/penerjemah, kontak mata tetap terarah pada penyandang disabilitas. Hadapkan wajah kita pada mereka, bukan pada pendamping.

Gunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami, jangan melebih-lebihkan perkataan hanya untuk terlihat keren.

Tidak adanya adab ketika berinteraksi bisa menimbulkan kesalahpahaman.

Terkait penggunaan istilah, gunakan penyandang disabilitas atau difabel. Difabel memberikan makna different people ability, atau orang dengan kemampuan yang berbeda.

Jangan memberikan stigma negatif seperti orang cacat, orang kekurangan, orang tidak sempurna, orang yang kurang beruntung atau orang tidak normal.

Pemberian label semacam itu akan menyakiti hati mereka. Selain itu, sama saja kita menganggap bahwa Tuhan telah cacat dalam menciptakan sesuatu. Padahal, setiap orang memiliki kemampuan masing-masing, apapun kondisinya.

Dengan stigma-stigma negatif seperti itu, potensi yang ada bisa tidak berkembang karena penurunan rasa percaya diri mereka.

Bagaimanapun kondisinya, mereka memiliki harkat dan martabat yang sama dengan manusia lainnya, karena manusia diciptakan dengan memiliki kemuliaan yang sama.

Cara bersikap ke orang lain akan menggambarkan bagaimana kualitas diri seseorang.

Begitu banyak orang-orang yang yang sibuk mengejar ilmu, namun lupa akan adabnya. Banyak orang berilmu namun sering menyakiti orang lain dengan perbuatan dan lisannya.

Menjadi orang berilmu memang penting, namun menjadi orang beradab jauh lebih penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun