Mohon tunggu...
Sri wahyuni wulandari
Sri wahyuni wulandari Mohon Tunggu... Guru - Guru bahasa Indonesia

Hobby nonton film dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Adab Dulu, Baru Ilmu

24 September 2022   11:08 Diperbarui: 24 September 2022   11:18 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Kata bapak Saya zaman dia dulu, untuk mendapat ilmu perlu duduk takzim sambil mendengarkan ceramah guru, tiap pembelajaran diakhiri cium tangan kepada guru. Ilmu masuk dengan diiringi adab dan sopan santun. Zaman Alm. Mbah kung  Saya lebih rumit lagi, perlu puasa sunah dulu sebelum diberi ilmu oleh guru, "agar pikirannya bersih" katanya.

Melihat anak-anak sekarang  mudah sekali dapat ilmu. Sambil rebahan di kasur buka google ada ribuan informasi masuk tidak mesti merasakan mata minus dan menahan kantuk karena membaca buku, belum lagi kalau halamannya hilang rasa penasarannya bisa seumur hidup. Dengan fasilitas dan perkembangan zaman proses belajar mengajar tidak lagi berbatas di dalam kelas. Tidak perlu lagi merangkum setumpuk gunung agar tidak lupa pelajaran saat itu,semua dipermudah dengan adanya internet, anak-anak juga bisa memilih dan mengembangkan bakat minat sesuai keinginan mereka. 

Makanan dan vitamin pun mendukung menjadikan daya tangkap mereka luar biasa. Namun, terlepas dari segala ke hedonan perkembangan zaman, kita dan khususnya saya  memiliki  PR  yang begitu menumpuk sebagai seorang pendidik untuk mempertahankan adab dan Budi pekerti siswa saya agar tidak terkontaminasi dengan perilaku dan budaya-budaya asing yang menyimpang . Tantangan besar buat semuanya termasuk Saya untuk ngedidik anak-anak di zaman ini agar tidak kehilangan ciri ketimurannya .

Seperti para anak-anak orang tua mereka pun merasakan dan melihat secara nyata perkembangan zaman dengan segala kemajuan teknologi, jadi tak jarang banyak calon orang tua yang sudah merancang masa depan anaknya sedari kandungan, contoh katanya " nanti kalau kamu sudah lahir dan besar ibu ingin kamu jadi astronot, biar bisa liat bintang seperti difilm yang ibu tonton tadi". Seperti itulah kurang lebih contoh rancangan orang tua karena dampak teknologi, tidak ada yang salah dengan keinginan itu sejatinnya. 

Sebagai guru saya sering bertanya dan bercakap-ringan dengan siswa saya di kelas tak jarang pula saya menceritakan pengalaman pribadi saya kepada mereka misalnya alasan mengapa saya mau menjadi guru Bahasa indonesia. Awalnya saya bukan ingin menjadi guru tapi karena kemampuan dan keadaan saya sendiri yang tidak mendukung untuk menjalani keinginan saya akhirnya saya mengikuti arahan dari kakak perempuan saya untuk kuliah di prodi Bahasa Indonesia dan untungnya saran Serta arahan kakak saya tadi tidak membuat saya menyesal justru cenderung menyenangkan melakukannya.

pada dasarnya semua yang diputuskan orang tua dan keluarga itu baik, namun belum tentu cocok untuk kita. Tidak ada salahnya kita bernegosiasi dan berdiplomasi terhadap orang tua jika merasa keputusannya kurang cocok untuk kita, tentunya dengan bahasa dan etika yang baik. Yang perlu di ingat, kita menjalani kehidupan kita sendiri, bukan kehidupan orang tua. Setiap generasi punya masalah dan tantangannya sendiri. Orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak mewarisi ketakutan kepada anak-anaknya. Anak yang baik adalah anak yang tidak selalu membebani pikiran orang lain dengan masalah dirinya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun