Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Di antara Pohon dan Waktu yang Tumbuh di Talagawarna Parongpong

26 April 2025   21:12 Diperbarui: 27 April 2025   04:23 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banner kegiatan Konser-vasi. Dok panitia

Pohon-pohon tidak sekedar tumbuh. Mereka menyimpan jejak. Lembah ini seakan tak hendak bicara, tapi justru menyampaikan lebih banyak kata. Hutan di sini bukan sekadar latar. Ia adalah tokoh. Dan dalam diamnya, ia menyimak. Menyimak manusia yang datang dengan segala ambisinya untuk "menyelamatkan", atau sekadar ingin merasa sedang berbuat baik.Hari Bumi se-dunia diperingati. Tapi di Talagawarna, bumi tidak sedang diperingati. Ia dirayakan. Lewat raga dan lagu. Lewat silat, puisi, dan nyanyian yang menggema lebih kuat dari sekadar retorika. Kegiatan  KONSER:VASI ini diinisiasi oleh BUNDA (Berbuat Untuk Negeri dan Alam) bersama Bikers Torak MC Indonesia, yang berkolaborasi dengan LMDH Talagawarna sebagai tuan rumah. Ini adalah ikhtiar: menjaga bumi dengan cara yang manusiawi, lewat pendekatan budaya, bukan sekadar data dan angka. 

Bu Mia Kunto Arif (tengah)  bersama Ibu Romlah Wikardi dan Pak Romiyadi mengsosialisasikan program DPD PAI Jabar. Dok DPD PAI Jabar
Bu Mia Kunto Arif (tengah)  bersama Ibu Romlah Wikardi dan Pak Romiyadi mengsosialisasikan program DPD PAI Jabar. Dok DPD PAI Jabar

Sabtu pagi, 26 April 2025. Para peserta mulai berdatangan. Acara dibuka oleh MC, lalu berganti dengan 'Nyambut Papayung'---upacara pembuka bernuansa lokal yang menyatukan narasi konservasi dengan pembacaan Wangsit Siliwangi, rajah, dan silat kreasi. Ada tarian, ada tubuh yang bergerak bersama alam. Tak lama kemudian, lagu Indonesia Raya dinyanyikan di bawah naungan langit terbuka, diiringi angin dan desir dedaunan. Puisi Bumi Sajagat dibacakan oleh Mang Dadang, Kahfi, dan Danhaffazura.
Kegiatan berikutnya adalah sosialisasi  kegiatan Pecinta Anggrek Indonesia (PAI) kepada masyarakat luas. Disampaikan oleh Ibu Mia Kunto Arief Wibowo, didampingi Ibu Romlah Wikardi dan Bapak Romiyadi.  Acara ini seperti sungai kecil yang menyirami ladang kesadaran baru di benak hadirin: bahwa melestarikan anggrek berarti  melestarikan jiwa rimba itu sendiri.

Penyerahan Grammatophyllum Speciosum dari Ibu Mia Kunto Arif kepada Bunda Ully Sigar. Dok DPD PAI Jabar
Penyerahan Grammatophyllum Speciosum dari Ibu Mia Kunto Arif kepada Bunda Ully Sigar. Dok DPD PAI Jabar
Kemudian dilakukan penanaman anggrek pertama. Grammatophyllum speciosum, ditanam di tanah Talagawarna, menyematkan harapan baru kepada bumi. Anggrek itu diserahkan langsung oleh Penasehat DPD PAI Jawa Barat, Ibu Mia Kunto Arief Wibowo, kepada Bunda Ully Sigar Rusady, selaku sesepuh pelestarian lingkungan, disaksikan oleh perwakilan komunitas-komunitas pecinta alam. Sebuah isyarat, bahwa pelestarian bukan dimulai dengan seminar, melainkan dengan satu bibit, satu tindakan nyata.

Penanaman Anggrek Grammatophyllum Speciosum ( Anggrek Tebu), sumbangan dari DPD PAI Jabar. Do DPD PAI Jabar.
Penanaman Anggrek Grammatophyllum Speciosum ( Anggrek Tebu), sumbangan dari DPD PAI Jabar. Do DPD PAI Jabar.
Kemudian, sesi berbagi diisi oleh banyak tokoh: Abah Soma, Bunda Ully Sigar Rusady, dan banyak lagi para inohong yang hadir. Mereka datang untuk membukakan mata hadirin. Bahwa konservasi bukan proyek, tapi cara hidup. Dan DPD PAI Jawa Barat hadir sebagai bagian penting dari gerakan ini. Mereka menyumbangkan beberapa jenis anggrek. Salah satunya: hasil silangan dari Bapak  Romiyadi, seorang dosen dari Universitas Winaya Mukti, anggota tim ahli PAI Jabar. Anggrek itu diberi nama Cattleya Jabar Istimewa. Sebuah nama yang tak hanya menyiratkan keindahan, tapi juga harapan. Ibu Romlah Wikardi, Ketua DPD PAI Jabar, juga hadir turut menjadi narasumber dalam sesi ini---mewakili suara perempuan yang merawat bumi dengan ketekunan. Tak banyak bicara, tapi kuat bekerja.
Penananam Anggrek pertama oleh Bu MIa Kunto Arif didampingi Bu Rolah Wikardi selaku ketua DPD PAI JAbar. Dok. DPD PAI Jabar
Penananam Anggrek pertama oleh Bu MIa Kunto Arif didampingi Bu Rolah Wikardi selaku ketua DPD PAI JAbar. Dok. DPD PAI Jabar


Sesi Peprenian Pemimpin, yang sedianya akan diisi oleh Gubernur Jawa Barat, H. Dedi Mulyadi, S.H. tidak jadi, karena beliau berhalangan hadir. Lalu Deklarasi Bumi dibacakan: "Amanat ti Tatar Sunda pikeun Dunya".
Petang mendekat, dan musik Karinding mengalun. Suara hati orang kolong langit mengisi ruang.

Sesi foto bersama setelah acara sharing season. Dok DPD PAI Jabar.
Sesi foto bersama setelah acara sharing season. Dok DPD PAI Jabar.
Kemudian malam hari ada acara api unggun, acara bertukar cerita. Bukan soal siapa paling hebat, tapi soal siapa yang mau mendengar. Karena dalam konservasi, ego tak punya tempat. Tak ada panggung yang lebih tinggi dari tanah yang dipijak bersama. Tak ada suara yang lebih penting dari desir daun yang kita coba lindungi.Ini baru hari pertama. Tapi Talagawarna telah bicara. Bukan lewat seruan keras, tapi lewat isyarat yang akrab bagi mereka yang terbiasa bersetia pada proses. Perayaan Hari Bumi bukan agenda tahunan. Ia adalah pengingat, bahwa bumi tak pernah minta untuk diselamatkan. Ia hanya ingin diakui sebagai rumah.

Dan rumah, tak pernah dijaga dengan janji---melainkan dengan hadir, hari demi hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun