Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Profesi Pustakawan di Mata Najwa

16 Maret 2018   13:29 Diperbarui: 16 Maret 2018   17:03 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dev.perpusnas.go.id

Najwa Shihab yang dinobatkan sebagai "Duta Baca" oleh Perpustakaan Nasional RI, selain piawi mewawancari narasumber, juga piawi memilih kata-kata puitis sebagai penutup acara "Mata Najwa". 

Profesi pustakawan oleh Najwa Shihab mendapat "kedudukan" sabagai saksi peradaban karena mengabdi pada ilmu pengetahuan. Menjalani profesi pustakawan karena pilihan atau "terlanjur" masuk dalam lingkaran tanpa pamrih, loyal, dan total mengabdi. Untuk dapat lebih memahami makna profesi pustakawan yang ditulis dalam puisi cantik seperti ini:

"Jika bangsa yang besar selalu menghormati pahlawan/ bangsa yang maju niscaya menghargai pustakawan//

Sebab menjadi pustakawan adalah kehormatan/ pustakawan mengabdi pada ilmu pengetahuan//

Bukan semata merawat tumpukan buku/ yang utama menghidupkan semesta ilmu//

Menemani mereka yang sedang menjalani pencarian/ menjadi saksi tumbuhnya mekar-mekar peradaban//

Bukan gedung megah yang jadi jantung hati perpustakaan/ mutu para pustakawanlah yang jadi ukuran//

Kepada mereka yang merawat dan mencintai buku/ hormat kita selayaknya tertuju//

Kepada pustakawan yang tekun mengabdi/ harapan kita sungguh tak terperi//

Karena literasi kunci menjadi berdaya/ panjang umurlah semua pegiat pustaka//"

Kata-kata puitis pilihan Najwa Shihab itu hanya "fatamorgana" yang membanggakan dan membuat tersanjung "sesaat" ketika membaca puisi. Kondisi ini tentu semakin bikin "irihati" bagi para birokrat yang bukan pustakawan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun