Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta, petani

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Prom Night antara Kebahagian Anak dan Beban Orangtua

6 Mei 2025   16:19 Diperbarui: 9 Mei 2025   13:22 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Viral vidio perdebatan Pak Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat dengan Aura Cinta terkait perpisahan, wisuda sekolah, mengingatkan saya akan tagihan biaya prom night/perpisahan anak bungsu.

Keterlambatan bayar iuran karena kealpaan, bukan tidak mampu bayar. Saya bilang mampu karena jumlahnya bukan Rp1 juta doang tetapi Rp350 ribu. 

Bagi sebagian orangtua jumlah iuran perpisahan kelas XII cukup ringan. Pembayaran bisa dicicil dua kali. Bahkan jika orangtua keberatan dapat mengajukan keringanan atau keberatan. 

Dengan keputusan di atas orangtua tidak ada alasan untuk tidak mengizinkan anaknya mengikuti perpisahan. Pemerintah kota pun mendukung terselenggaranya perpisahan. 

Namun, sebelumnya siswa terutama panitia sempat ragu dengan beredarnya larangan perpisahan di Jawa Barat. Setelah Wali Kota Madiun, Pak Maidi mengatakan perpisahan dibolehkan dengan syarat orangtua tidak mampu jangan ditarik biaya, anak-anak semangat. 

Pada akun pribadinya, Pak Maidi mengatakan perpisahan bagian dari mengukir sejarah, jadi tidak perlu dilarang. 

Ilustrasi Prom Nigh dari Shutterstock
Ilustrasi Prom Nigh dari Shutterstock

Pesta Perpisahan/Prom Night Kebahagian Anak

Perpisahan sekolah atau sekarang dikenal dengan istilah prom night sudah menjadi tradisi setiap tahunnya. Istilah prom night sendiri diambil dari tradisi di Amerika Serikat. Pada pesta perpisahan tersebut mereka makan malam bersama, dansa dan menghabiskan malam bersama-sama. 

Istilah ini dipakai siswa di sejumlah sekolah di Indonesia sebagai perpisahan siswa sebelum meninggalkan seragam abu-abu. Tak kecuali sekolah di mana anak saya menimba ilmu.

Prom night agar unik, menarik dan berkesan harus persiapan matang. Keterlibatan siswa, guru, orangtua menentukan keberhasilan acara perpisahan tersebut. 

Prom night juga bukan acara pentas seni siswa atau mengundang artis, tetapi malam perpisahan guru, siswa kelas akhir. Kebersamaan, interaksi harus diperhatikan. Menurut saya tidak perlu mewah dengan iuran hingga jutaan, yang penting kebersamaan yang hangat. 

Perpisahan/Prom Night, Orangtua Susah 

Sangat wajar jika ada orangtua yang menangis ke Kang Dedi Mulyadi (KDM) karena biaya prom night gede. Iuran Rp1 juta bisa untuk makan sekeluarga selama sepekan atau satu bulan. Alasan itulah kenapa ada larangan perpisahan, wisuda tingkat TK, SD, SLTP dan SLTA. 

Saya pernah merasakan mahalnya biaya itu saat anak-anak lulus TK hingga SMA, apalagi saat TK, SD statusnya swasta. 

Saya tidak menemukan data pasti muasal diadakannya perpisahan, wisuda bagi siswa TK hingga SLTA. Yang pasti angkatan 90-an seperti saya juga ada perpisahan SMA tanpa wisuda. Tentunya dengan konsep yang sederhana. 

Banyak perubahan antara dulu dan sekarang. Perpisahan zaman dulu diadakan sangat sederhana dengan pakaian seragam sekolah. Acara diisi dengan pentas seni adik-adik kelas. 

Meski sederhana tetap ada iuran per siswa dan itu wajib. Bagi orangtua yang ekonomi menengah ke atas tidak masalah misalnya iuran Rp20.000. Bagi saya yang saat itu kondisi penghasilan orangtua pas-pasan, jelas keberatan. Jika tidak bayar, saat pengambilan ijazah ditagih. Mumet juga orangtua dapat totalan tagihan uang perpisahan, SPP dan lain-lain. 

Saya menyambut baik keputusan Pak Maidi untuk tidak memberatkan orangtua soal uang perpisahan. Juga pengelolaan keuangan bukan oleh pihak sekolah, tetapi siswa (OSIS) dan komite. Syukur-syukur ada orangtua yang berdonasi lebih, jadi iuran tidak terlalu banyak.

Saat perpisahan diadakan, bukan saja masalah iuran tetapi pakaian, sepatu, make up pun menjadi hal penting bagi anak. Orangtua mulai ribet mencari pakaian yang cocok dengan tema prom night. Seperti yang pernah dialami putri saya.

Bagi siswa laki-laki simpel, sewa jas atau baju adat di salon, tetapi siswa perempuan mumetnya minta ampun. Sewa di salon mahal belum lagi tidak cocok kain dan desainnya.

Untuk menghemat biaya saya menjahit sendiri pakaian untuk prom night anak cewek. Selain hemat biaya juga ukuran, model bisa sesuai keinginan. 

Perpisahan Sekolah Berkesan dan Hemat

Prom night menunjukkan status sosial anak, ada kesenjangan. Coba perhatikan dari model pakaian, merek sepatu, dandanan wajah. Kepercayaan diri saat masuk ruangan dan lain sebagainya. 

Bagi anak yang orangtuanya menandatangani keberatan iuran pun kemungkinan besar tidak akan hadir. Jadi prom night hanya milik siswa tertentu. Ini tidak adil juga bagi siswa. Entah jika pada acara tersebut ada wisuda, pembagian ijazah. 

Agar lebih hemat dan berkesan, perpisahan tidak perlu di hotel, di halaman sekolah juga bisa. Seperti sekolah tempat anak kedua saya. Cukup diadakan upacara pelepasan siswa kelas XII. Pada upacara tersebut ada pemberian penghargaan kepada siswa berprestasi dan penyerahan Surat Keterangan Lulus (SKL) dan rapor semester 6.

Siswa kelas XII ada kesempatan bertatap langsung dengan semua guru, staf. Momen ini sangat haru, guru minta maaf, siswa pun demikian. Mereka berpelukan melepas rasa sakit jika pernah merasa tersakiti. Pulang bukan saja membawa surat kelulusan tetapi bawa sejuta kenangan manis bersama guru, teman, satpam, kantin. 

Bagaimana dengan prom night?

Aah dasar anak, mereka tidak puas, prom night tetap diadakan dan bayar Rp350.000 per siswa kelas XII. Rencananya akan dilaksankan di gedung hotel pada bulan April. 

Tidak usah dipikir, jika ada siswa, orangtua keberatan dengan biaya itu, ajukan saja surat keberatan. Tidak perlu nangis-nangis, koar-koar di medsos. 

Acara prom night anak. Foto dokpri
Acara prom night anak. Foto dokpri

Hadir dengan pakaian sederhana tetapi rapi, anggun, sopan. Tak usah berpikir status sosial, kalian sama tak punya uang, yang punya orangtuanya. "Wees ndang budal, ngomong wae dress hasil jahitan mamah bukan beli dari butik." Itu kata saya dulu pada anak cewek. 

Fokus saja bangun masa depan. Kalau ada yang simpel kenapa cari yang rumit.

Terima kasih telah singgah. Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun