Memakai pakaian baru saat lebaran menjadi tradisi bagi masyarakat Indinesia. Tradisi ini sudah ada sejak dulu, padahal anjuran Nabi Muhammad saw. adalah memakai pakaian terbaik bukan terbaru.Â
Namun, entah bagaimana sejarahnya ko malah jadi pakaian baru. Bagi masyarakat kelas menengah ke atas membeli pakaian baru untuk lebaran tidak ada masalah. Masalahnya jika keluarga pas-pasan, jangankan membeli baju baru, membeli beras pun susah.
Pengalaman Saya Waktu KecilÂ
Dengan penghasilan Bapak yang sedikit sebagai guru, tidak setiap lebaran mampu membelikan pakaian untuk anak-anaknya. Jika mampu, membelinya beberapa hari jelang lebaran.Â
Suatu waktu, Ibu dan saya ke pasar membeli pakaian baru. Banyak kios mengatakan pakaian anak habis, jika ada, harga tidak sesuai dengan uang yang dibawa Ibu.Â
Akhirnya, Ibu membeli kain bermotif bunga kuning. Kain itu dibuat 2 rok untuk saya dan kakak, juga 3 kemeja untuk adik laki-laki.Â
Oleh karena kain tidak cukup dibuat dress, Ibu memadukan baju yang ada. Begitu juga celana adik-adik. Saya menyadari ketika sudah mengerti, rok yang dijahit Ibu bermotif bunga, warna dasar kuning dengan jenis kain katun lembut. Jika dibuat dress, mungkin mirip daster. Mungkin itu juga alasan Ibu tidak menjahit kain itu dengan model dress.
Bagaimana Memadukan dan Memadankan Pakaian yang Ada untuk Lebaran?Â
"Beli pakaian lebaran harus dari awal Ramadan khawatir kehabisan." Banyak orang mengatakan hal demikian.Â
Mungkin seperti yang dialami Ibu saya dulu. Kalau toko kehabisan pakaian tidak mungkin juga ya, paling karena stok menipis, Â tidak ada yang sesuai dengan keinginan. Saya pun pernah mengalaminya ketika membelikan pakaian anak-anak. Â