Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Panen Padi Meningkat, Dapatkah Mengentaskan Kemiskinan Petani?

29 November 2023   15:14 Diperbarui: 7 Desember 2023   19:05 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panen padi meningkat, dapatkah mengentaskan kemiskinan petani? (Foto: Dokumentasi pribadi/Sri RD)

Tidak terasa musim panen ketiga telah tiba, mesin kombi sudah masuk ke desa kami dan siap merontokkan bulir padi.

Sebelumnya, saya sudah ke sawah untuk melihat kematangan tanaman padi, karena jika panen sebelum tanaman itu benar-benar tua, hasilnya tidak akan optimal. Pemanenan dilakukan harus mengukur tingkat kematangan bulir padi agar menguntungkan. 

Tanda padi siap panen secara umum adalah gabah sudah menguning dan daun telah mengering. Selain itu, kadar airnya pun kisaran 21-26 persen, tandanya jika malai diremas dengan telapak tangan bulir padi akan rontok.

Cek kematangan bulir padi. (Foto: Dokumentasi pribadi/Sri RD)
Cek kematangan bulir padi. (Foto: Dokumentasi pribadi/Sri RD)

Panen Padi saat Musim Kemarau Panjang 

Pada tanggal 26 Agustus 2023, kami mulai menanam benih padi di lahan krocoan. Lahan krocoan letaknya sebelah barat jalan raya desa hingga perbatasan dusun lain. Ada sekitar 29 petak lahan pertanian milik para petani desa.

Meski bulan Agustus lagi panas-panasnya karena dampak El Nino, para petani sepakat lahan krocoan ditanami padi atau ngapit. Alasan kuatnya adalah ketersediaan air. 

Menanam padi saat kemarau, petani harus siap dengan biaya yang cukup besar. Selain air, pupuk, biaya perawatan, obat-obatan pun harus siap.

Mungkin seperti bertaruh menanam padi saat El Nino antara gagal panen atau hasil produksi padi melimpah. Kalau hasil produksi padi bagus, petani diuntungkan karena harga masih tinggi kisaran Rp7.000 sampai Rp7.250 per kilogramnya. Akan tetapi jika gagal panen, kerugian pun besar, apalagi banyak petani yang tidak ikut asuransi.

Proses penimbangan gabah di sawah. (Foto: Dokumentasi pribadi/Sri RD)
Proses penimbangan gabah di sawah. (Foto: Dokumentasi pribadi/Sri RD)

Hasil produksi padi 
Dengan senter dari ponsel, saya berjalan menuju sawah krocoan yang jaraknya sekitar 18 meter dari jalan raya desa. Jalan itu cukup luas dengan lebar 3 meter, tetapi belum aspal atau masih tanah. Harus hari-hati apalagi setelah turun hujan, pastinya licin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun