Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani N dideso

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Diary

"Januari, Titip Rindu untuk Bapak!"

24 Januari 2021   13:13 Diperbarui: 24 Januari 2021   13:23 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto hasil tangkap layar pxhere.com/2017

Januari, empat tahun lalu, ada kesedihan yang mendalam, ketika hari keberangkatan melaksanakan ibadah umroh, Bapak sakit keras. Lewat telpon aku pun minta maaf tidak bisa menjenguk, aku berjanji sepulang dari Mekah akan langsung mengunjunginya.

Seandainya bisa ditempuh dalam satu atau dua jam, aku sudah berangkat saat itu juga. Namun untuk pulang ke kampung halaman membutuhkan waktu 12 jam. Jika pulang pergi itu artinya sehari semalam, sementara besok pagi harus sudah berada di Bandara Solo.

Lima belas hari kemudian, tidak memedulikan badan yang lemas, aku segera mengunjungi ayah, yang menurut kabar sudah baik. Malan itu kami berdua ngobrol hingga pukul 03.00. "ziarah ke masjid Quba tidak?" tanya Bapak penuh semangat.

"Tentu, Pak" jawabku menahan mata yang sudah terasa ngantuk.

"Masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw., ketika hijrah ke Madinah, Semoga Bapak bisa ke sana!" Ada harapan dari mata Bapak, dia tahu banyak tentang sejarah Islam karena bapak seorang guru agama di sebuah Mts. Saat itu Aku gak bisa menjanjikan untuk memberangkatkan Bapak, karena harus musyawarah dulu dengan suami. 

"Doakan Pak, tahun depan kita bisa ke sana!"

"Aamiin, salat Subuh dulu, baru tidur!" perintahnya sambil memberikan sebuah Al-Qur'an besar, ada tanda tangan bapak di bagian belakang. Aku pun memberikan Al-Qur'an Mekah. kami bertukar Al-Qur'an.

***

"Bapak meninggal, sabar ya, Teh!" ujar seseorang dari seberang sana ketika dua pekan sejak aku menjenguk Bapak.

Seketika badanku lemas, air mata perlahan jatuh satu persatu, mengingat harapannya untuk umrah, mengingat Al-Qur'an diberikannya, mengingat dosaku sebagai putri.

Tuhan, aku  titip surat untuk Bapak;

"Sudah lama aku tidak berjumpa denganmu, Bapak, ingin aku mendengar suaramu ketika adzan, mengaji. Aku ingin dijewer lagi ketika tidak mengaji, aku ingin dimarahi lagi ketika terlambat salat, aku ingin disuruh lagi puasa. Seandainya Bapak bisa hadir kembali, aku berjanji akan memenuhi harapanmu, Pak. Tapi itu tidak mungkin terjadi, aku sekarang hanya bisa memberi hadiah sebuah doa, semoga Bapak mendapat tempat disisi Allah Swt., Al-fatihah, Aamiin."

Kita simak sebuah lagu 

Titip Rindu Buat Ayah

Ebiet G Ade

Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan empasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah
Keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah
Meski napasmu kadang tersengal
Memikul beban yang makin sarat
Kau tetap bertahan

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia

Ayah, dalam hening sepi kurindu
Untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia

Sumber: Musixmatch

Penulis lagu: Ebiet G Ade

Lirik Titip Rindu Buat Ayah Pt. Musica Publiser Indonesia

Ini gambaran seorang Bapak, jangan ragu untuk menyayangi dia, dari mulutnya tidak pernah terlontar kata sayang, tetapi dia sangat mencintai anak-anaknya. Dari matanya terpancar kemarahan ketika seorang anak nakal, tetapi hatinya penuh doa dan harapan.

Salam Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun