Mohon tunggu...
Sri AdelliaMunaff
Sri AdelliaMunaff Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Siapa Mau Percaya Mentan Tahun Depan?

31 Desember 2018   16:38 Diperbarui: 31 Desember 2018   17:00 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Petani (Irwansyah Putra/ANTARA FOTO)

Kepercayaan ibarat selembar kertas putih polos. Sekali ia dikhianati atau terlipat, maka bekasnya akan sulit hilang. Prinsip ini yang seharusnya dipedomani oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman.

Menjelang tahun 2018 berakhir, pihak Kementan menyebut pada awal tahun 2019 akan ada panen beras sebanyak 6,95 juta ton. Informasi itu disampaikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP), Agung Hendriadi yang mengatakan waktu panen akan dimulai dari Januari. 

Hal itu berdasarkan perhitungan masa tanam. Karena padi yang ditanam Oktober, mulai panen di Januari. Begitu pula dengan padi yang ditanam November, akan panen di Februari.

Prediksi panen oleh BKP itu akan terjadi secara menyebar di seluruh Indonesia. Perhitungannya, untuk Januari mencapai 2,46 juta ton dan Februari sebesar 4,49 juta ton. Sehingga, Kementan memperkirakan awal tahun terdapat panen sebanyak 6,95 juta ton. Prediksi itu sendiri seperti menyangkal anggapan Presiden Jokowi yang memperkirakan belum akan ada panen di awal tahun. Itu sebabnya Presiden memanggil Direktur Utama Bulog dan Menko Perekonomian ke Istana beberapa waktu lalu untuk bertanya tentang antisipasi kenaikan harga beras.

Rujukan

Perbedaan pendapat antara Presiden Jokowi dengan Kementan itu wajar terjadi. Presiden mungkin ragu dengan klaim Kementan yang beberapa kali meleset. Contohnya tahun 2018 lalu, produksi beras diperkirakan hanya mencapai 32,4 juta ton. Angka ini terpaut 30,3% lebih rendah dibandingkan estimasi data Kementerian Pertanian yang menyebut produksi beras mencapai 46,5 juta ton di akhir tahun.

Data produksi beras 32,4 juta ton itu diketahui dari hasil penghitungan Badan Pusat Statistik (BPS) yang bekerja sama dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Hasil pemotretan BPS bekerja sama dengan BIG dan Lapan menunjukkan  luas lahan sawah tahun ini hanya 7,1 juta hektare atau turun 650 ribu hektare dari 2013. Dari angka luas tersebut, luas panen yang berhasil direkam adalah 10,9 juta hektare, yang mana itu berarti 54% sawah dapat ditanami dua kali. Dari angka luas lahan dan produktivitas,  maka BPS menyebut estimasi produksi beras hanya 32,4 juta ton.

Itu sudah menghitung penyusutan dari sejak panen, ke gabah kering panen, gabah kering giling, dan seterusnya.

Terlepas dari melesetnya data, optimisme atau keyakinan Kementan memang tidak pernah surut. Sejak awal tahun 2018, Mentan Amran secara konsisten terus menyatakan optimistis produksi beras akan meningkat tahun ini. Dengan begitu, impor beras menurut keyakinannya tak perlu dilakukan.

Menurut data Kementan, produksi padi tahun ini diperkirakan mencapai sebesar 80 juta ton atau 46,5 juta ton setara beras, dengan perkiraan total konsumsi beras nasional hanya 33,47 juta ton. Dengan begitu, terdapat surplus beras sebesar 13,03 juta ton sepanjang 2018. Bandingkan dengan perhitungan akhir versi BPS yang menyebutkan surplus beras di kisaran 2,6 juta ton. Terpaut sangat jauh sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun