Mohon tunggu...
Sri Kasnelly
Sri Kasnelly Mohon Tunggu... Dosen

Dosen IAI An-Nadwah Kuala Tungkal

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Akal dan Hidayah: Dua Karunia Terbesar dari Allah SWT untuk Manusia

4 Juni 2025   13:47 Diperbarui: 4 Juni 2025   13:47 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, dikaruniai berbagai nikmat yang tidak terhitung jumlahnya. Namun, di antara semua anugerah tersebut, dua karunia menempati posisi paling fundamental dan menentukan arah kehidupan manusia, yaitu akal dan hidayah

Akal memungkinkan manusia berpikir, menganalisis, dan membedakan antara yang hak dan yang batil, sedangkan hidayah adalah petunjuk dari Allah SWT yang menuntun hati untuk menerima kebenaran. Keduanya tidak hanya saling melengkapi, tetapi juga menjadi fondasi dalam pencarian dan pelaksanaan tujuan hidup manusia di dunia: beribadah kepada Allah SWT.

Akal sebagai Alat Distingsi dan Refleksi

Secara biologis, manusia tidak memiliki taring tajam seperti singa, tidak memiliki cakar seperti elang, dan tidak memiliki kecepatan lari seperti kijang. Namun, manusia unggul karena dianugerahi akal. Akal adalah instrumen ilahiah yang menjadikan manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan, membentuk peradaban, dan mengenal Tuhannya melalui proses perenungan. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT secara berulang-ulang menyeru manusia untuk berpikir, merenung, dan menggunakan akal. Misalnya, dalam QS. Al-Baqarah ayat 164, Allah menyinggung berbagai fenomena alam sebagai tanda-tanda bagi orang yang berpikir (لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ).

Namun, akal bukan tanpa keterbatasan. Sebagaimana mata tidak bisa melihat dalam kegelapan tanpa cahaya, akal juga tidak bisa mencapai kebenaran mutlak tanpa petunjuk dari Allah. Akal bisa keliru, bias, atau bahkan diperalat untuk melegitimasi kebatilan. Inilah mengapa akal saja tidak cukup untuk mencapai keselamatan; ia membutuhkan penerang yang membimbingnya, yaitu hidayah.

Hidayah sebagai Cahaya Kebenaran

Hidayah adalah bentuk kasih sayang Allah SWT yang mengarahkan manusia kepada jalan yang lurus. Ia adalah cahaya yang menembus hati manusia, menguatkan niat untuk tunduk kepada kebenaran, dan menumbuhkan rasa cinta kepada kebaikan. Dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan: "Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang Dia sesatkan, maka engkau tidak akan mendapat seorang penolong pun baginya." (QS. Al-Kahfi: 17)

Dari sini kita pahami bahwa hidayah adalah anugerah yang tidak bisa diperoleh semata-mata karena kecerdasan atau usaha manusia. Banyak orang berilmu tinggi, tetapi tidak mengenal Tuhannya. Sebaliknya, ada yang sederhana secara intelektual, namun hatinya dipenuhi iman dan tunduk pada kebenaran. Hal ini menandakan bahwa hidayah bersifat spiritual dan tidak linear dengan kapasitas akal.

Relasi Akal dan Hidayah: Saling Melengkapi, Bukan Bertentangan

Akal dan hidayah bukanlah dua hal yang bertentangan. Justru, keduanya membentuk simbiosis yang harmonis. Akal membantu manusia memahami tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, sementara hidayah menuntun akal agar tidak tersesat dalam kesombongan dan kesalahan logika. Ketika akal digunakan dengan jujur dan rendah hati, ia akan mengantarkan manusia pada kebutuhan untuk mencari kebenaran hakiki, yang hanya bisa diperoleh melalui petunjuk ilahi.

Sayangnya, dalam masyarakat modern yang mengagungkan rasionalisme, akal seringkali ditempatkan sebagai otoritas tunggal dalam menentukan benar atau salah. Agama dianggap irasional, dan hidayah dipandang sebagai sugesti spiritual belaka. Padahal, sejarah mencatat bahwa peradaban Islam tumbuh pesat karena keberhasilan mengintegrasikan akal dan wahyu, seperti yang dicontohkan para ilmuwan Muslim klasik seperti Al-Ghazali, Ibn Sina, dan Ibn Rushd. Mereka tidak melihat akal sebagai lawan wahyu, tetapi sebagai sarana untuk memahami pesan Tuhan secara mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun