Setiap tahun, menjelang Idul Fitri, harga berbagai kebutuhan pokok dan barang konsumsi cenderung mengalami lonjakan. Fenomena ini menjadi perhatian utama bagi masyarakat karena berdampak pada daya beli, inflasi, serta kestabilan ekonomi. Artikel ini akan mengulas penyebab utama kenaikan harga, dampaknya bagi berbagai pihak, serta solusi yang dapat diambil oleh pemerintah dan masyarakat, terutama masyarakat yang berpenghasilan tidak menentu.
1. Peningkatan Permintaan
Menjelang Idulfitri, konsumsi rumah tangga meningkat tajam. Masyarakat membeli bahan makanan, pakaian, serta kebutuhan lain dalam jumlah besar, yang menyebabkan hukum ekonomi berlaku: ketika permintaan naik, harga pun ikut terkerek.
2. Hambatan Distribusi dan Logistik
Lonjakan permintaan sering kali diiringi oleh kendala dalam distribusi barang, baik akibat cuaca, infrastruktur yang kurang memadai, maupun keterbatasan stok di daerah tertentu.
3. Spekulasi Pasar
Beberapa pelaku pasar, termasuk pedagang besar dan distributor, sering memanfaatkan momen ini untuk menaikkan harga guna memperoleh keuntungan lebih tinggi. Hal ini terjadi terutama pada komoditas yang permintaannya paling tinggi, seperti daging, minyak goreng, dan gula.
4. Faktor Eksternal
Kenaikan harga juga dapat dipengaruhi oleh inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, serta kondisi ekonomi global yang memengaruhi harga impor barang (Detik, 2025).
Dampak Kenaikan Harga
1. Beban Ekonomi bagi Masyarakat
Kelompok berpenghasilan rendah dan menengah paling merasakan dampak kenaikan harga. Mereka harus mengatur ulang anggaran belanja agar kebutuhan dasar tetap terpenuhi.
2. Keuntungan dan Tantangan bagi Pelaku Usaha
Bagi pedagang, kenaikan harga bisa meningkatkan pendapatan, tetapi di sisi lain juga dapat menurunkan daya beli pelanggan jika harga menjadi terlalu mahal.
3. Inflasi Musiman
Lonjakan harga kebutuhan pokok menjelang Idulfitri sering menjadi pemicu inflasi musiman yang berkontribusi pada peningkatan biaya hidup (Kompas, 2025).
