Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kompasiana Award Semisterius K-Reward?

28 Oktober 2023   09:35 Diperbarui: 28 Oktober 2023   09:44 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Piala / pngtree - Pinterest

Membaca tulisan Bang Yos Mo dan Mas Eko Nurhuda soal mengapa tak ada nominee untuk penulis olah raga, saya jadi pingin nimbrung juga. 

Seperti halnya pemberian krewod, saya menilai Kompasiana Award adalah kompetisi terbuka namun juga semi tertutup. Keduanya mirip mirip. 

Krewod terbuka bagi semua kompasianer, K-award tidak berbeda. Krewod dipengaruhi jumlah views (unique views/UV), nominee k-award diusulkan kners, sama sama melibatkan pembaca. Krewod dan k-award sama sama kompetisi internal. 

Semi tertutupnya adalah keduanya dipengaruhi oleh admin. Walau ada dalih bahwa kreword ditentukan oleh banyaknya UV dari Google, namun penghitungannya tidak bisa dijelaskan admin. Ini misterius, menimbulkan tanda tanya. 

K-award sendiri pelaksanaannya juga lebih banyak ditentukan admin. Ada memang hak kners untuk mengajukan calonnya. Kalau tidak salah dulu ada juga penilaian nominee melibatkan kners kehormatan (sekarang masih berlakukah?), namun keputusan akhirnya tetap ada pada admin. Ini juga misterius karena kners tidak tahu prosesnya. 


K-award bukan kompetisi yang langsung kelihatan hasilnya macam tinju, panahan, basket dll. Wong kejuaraan terang benderang seperti itu saja kadang pemenangnya menimbulkan tanda tanya, apalagi k-award yang semi tertutup. 

Walaupun ada pedoman dan standart penilaian dalam menentukan juara, kompetisi model k-award tetap subyektif. Demikian pula ketika kners memilih nominee, pasti ada unsur subyektifitasnya. 

Dalam tulisan saya berjudul "Kompasiana Award; Maaf saya belum pernah vote dan mengajukan Kompasianser"

https://www.kompasiana.com/srihartono8839/65387ad8ee794a0449144592/kompasianival-maaf-saya-belum-pernah-vote-dan-mengajukan-kompasianer

Saya memberi alasan tidak memilih karena tidak tahu semua kners dan tulisannya. Bagaimana saya akan memilih jika saya tidak membaca satu persatu tulisan mereka? 

Baru baru ini saya mendapat penilaian dan komentar  bahkan difollow beberapa kners centang biru. Selama lebih dari dua tahun aktif di K, saya tidak tahu siapa siapa beliau itu. Berapa ratus kners centang biru lagikah yang belum saya kenal? 

Bandingkan dengan admin K. Setiap menit ada banyak artikel masuk, total jumlahnya mungkin ribuan setiap hari. Mereka baca satu persatu agar lolos sensor dan layak tayang.

Dari situ saya paham mengapa jika memilih, pilihan saya bisa berbeda dengan admin. Mereka punya data semua kners. 

Admin K juga kemungkinan punya strategi tertentu sehingga pilihannya dijatuhkan kepada kners atau kanal tertentu. Ini bisa jadi soal marketing. 

Mari kita lihat strategi marketing yang sama dalam dunia persepakbolaan. 

Pemain timnas Pratama Arhan, Egy Maulana, Witan Sulaiman direkrut beberapa klub luar negeri. Berapa kali mereka diberi kesempatan bermain? 

Meskipun mereka pemain level timnas di Indonesia namun kualitasnya belum tentu sesuai kebutuhan klub. Ada dugaan mereka direkrut hanya untuk stategi pemasaran saja. Untuk mencari pendukung dari Indonesia yang terkenal gila bola. 

Ada lagi contoh lain yaitu American Got Talent 2023.

Kompetisi itu mirip k-award, ada juri ada pula voting. Bedanya k-award kompetisi internal (tertutup), sedang AGT terbuka untuk seluruh warga dunia dan prosesnya bisa dilihat langsung. 

Penyanyi Indonesia, Putri Ariani tembus final. Walaupun kualitasnya tidak diragukan, penyanyi kita ini tidak perlu menjalani semua tahap karena mendapat Golden Buzzer. Unsur subyektifitas juri membantunya. 

Masyarakat kita semangat sekali mendukung penyanyi bersuara emas tersebut. Bahkan saking gembiranya, Putri diundang ke istana bernyanyi di acara HUT RI. Sebuah kehormatan yang luar biasa. 

Namun sebagian masyarakat lain menduga bahwa Putri masuk final karena strategi marketing ajang AGT. Mereka melihat kontestan lain yang lolos ke final juga punya kualitas yang sama dengan jagoan Indonesia. Popularitas AGT saat ini sedang melorot, mereka butuh dukungan yang lebih banyak agar bisa naik lagi. Dan masyarakat Indonesia adalah potensi besar untuk meraihnya. 

Akhirnya kita tahu hasilnya. Putri hanya menduduki peringkat empat. Jauh dari ekspektasi masyarakat Indonesia yang mengharapkan menjadi Juara 1.

Barangkali menyamakan k-award dan pemain timnas sepakbola atau kontestasi AGT tidak apple to apple. Namun dalam dunia bisnis, dugaan saya bisa jadi benar. Kompasiana sekarang khan lebih komersil? 

Saya tidak sedang membela admin K. Baik krewod maupun k-award penyelenggaraannya belum sempurna. Masih ada pertanyaan atas misteri penentuan pemenangnya. 

Namun seperti yang sudah sudah, admin K pasti tidak akan tinggal diam dengan semua protes dan masukan kners. Sama seperti krewod yang sistemnya diperbaharui beberapa kali sehingga menjadi seperti sekarang ini, k-award pasti juga akan dievaluasi.

Saya menduga semua staff akan berkumpul untuk membahasnya. Tempatnya dimana, yang ikut siapa, konsumsinya apa saja hingga keputusannya apa, biarlah itu menjadi rahasia dan misteri mereka. 

Hasil evaluasi sudah pasti tidak akan diumumkan. Karena kalau kners sudah pada tahu, jangan jangan sistemnya belum dilaksanakan para kners sudah protes duluan. Pusinglah kepala Barbie. 

Salatiga, 28102023.186

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun