Baru baru ini Shin Tae-yong minta kepada PSSI mencarikan lawan tanding dengan peringkat 50-100 FIFA untuk pertandingan FIFA Matchday September nanti.
Sebuah permintaan yang sangat bagus.Â
Melawan kesebelasan dengan peringkat yang jauh lebih tinggi mempunyai beberapa keuntungan. Jika kalah, peringkat kita tak akan turun jauh, jika menang akan terjadi peningkatan secara drastis.Â
Mental para pemain juga akan semakin teruji. Kita tahu bahwa STy berusaha keras meningkatkan mental pemain kita. Pelatih dari Korea ini mengingatkan kepada pemain untuk menjadi pesaing juara bukan hanya peserta saja.Â
Hal itu sama artinya STy meminta kita tak menjadi sosok inferior tetapi harus bersikap superior. Kita adalah calon juara!
Untuk menjadi superior mental harus kuatkan, skill harus disiapkan, sikap santai ditinggalkan dan pujian jangan melenakan.Â
Itulah enaknya mempunyai pelatih seorang STy. Segala aspek dipikirkan. Bahkan dia juga tak ragu melontarkan kritikan ke PSSI tentang training centre. Masak negara sebesar Indonesia, punya suporter yang sedemikian banyak dan fanatiknya, membangun sebuah training centre untuk timnasnya tidak mampu?Â
Sebagai orang Korea, STy tentunya terbiasa bekerja keras. Korea pernah hancur lebur ketika perang saudara melanda negaranya di tahun 1950 - 1953.
Perang saudara itu membuat Korea pecah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Korea Selatan yang bersistem demokrasi bekerja keras membangun negaranya jauh meninggalkan Komunisme Korea Utara yang sampai sekarang  masih menjadi negara miskin.Â
Hanya dalam waktu puluhan tahun, Korea Selatan menjelma menjadi negara maju. Industri nya bisa menyamai Jepang, budayanya sudah mendunia karena K-Pop, sepakbolanya disegani di Asia dan beberapa kali ikut final piala dunia. Korea Selatan bahkan pernah mengalahkan 4 timnas negara Eropa yaitu dunia Jerman dan Italia serta Portugal dan Spanyol. STy adalah pelatih Korsel saat mengalahkan Jerman.Â