Apakah Anda salah prediksi ketika menyaksikan Timnas Indonesia kalah melawan Thailand di seminal Sea Games 2021 kemarin?Â
Jangan sedih, jangan kecewa, jangan pula putus asa, teman salah prediksi Anda banyak, termasuk rekan rekan ojol saya.Â
Salah prediksi dalam dunia sepakbola itu wajar.Â
Siapa yang menyangka bahwa Yunani bisa juara Eropa 2004? Siapa pula bisa mengira Leicester City menjadi kampiun liga Primer Inggris tahun 2016?Â
Kedua tim kesebelasan diatas jauh dari prestasi. Orang orang pasti mengunggulkan kesebelasan lain yang saat itu sedang mendominasi. Jerman dan Italia untuk negara Eropa, MU atau Chelsea di Liga Inggris.Â
Catatan diatas kertas baik sejarah maupun komposisi pemain sebuah tim sepakbola selalu menjadi panduan bagi pelatih, pengamat dan penggemar saat memprediksi hasil pertandingan. Akan tetapi diatas lapangan prediksi itu bisa jadi buyar dan ambyar. Sering terjadi hasilnya berkebalikan dengan ramalan.Â
" Bola itu bundar", demikian alasan pembenarannya.Â
Orang sering mencampurkan prediksi dan harapan. Padahal mestinya berbeda. Prediksi harus bersifat obyektif. Tidak ada pemihakan disana. Sedangkan harapan lebih bersifat subyektif karena disini ada keinginan pribadi yang disematkan.Â
Anggap saja prediksi dan harapan adalah lingkaran.Â
Jika kita membela sebuah tim, baik klub maupun timnas, lingkaran itu bisa jadi terhubung. Semakin besar harapan, semakin besar pula menutupi prediksi. Subyektifitas menutupi obyektifitas.Â