Taktik Scarcity dalam Negosiasi Ekspor Impor: Jangan Sampai Kehabisan "Stock"
Dalam dunia perdagangan internasional, khususnya ekspor-impor, banyak hal yang bisa mempengaruhi harga dan ketahanan suatu kesepakatan. Namun, ada satu taktik yang sering dipakai untuk mengguncang harga, yakni taktik scarcity. Mungkin ada sebagian atau sudah banyak orang sudah sering dengar tentang ini, tapi tahukah kamu bahwa taktik ini punya daya tarik yang luar biasa dalam negosiasi? Yuk, kita bahas hal ini dengan santai sambil ketawa bareng!
Bayangkan Anda sedang nego harga kopi luwak dengan buyer dari Korea. Si buyer tiba-tiba dapat email dari kompetitor yang nawarin harga lebih murah. Dia mulai ragu, lalu bilang: "Saya butuh waktu 2 minggu buat pertimbangkan..."
Anda tersentak dan mencoba berfikir. Dengan wajah sedramatis mungkin, Anda menjawab: "Waduh, kebetulan stok sudah tinggal 500 kg nih. Just info for you, Kalo ada buyer dari Jepang yang mau ambil semuanya besok. Jadi kalo Kalau kamu serius, Lebih baik harus keluar PO hari ini!"
DOORRR! Seketika itu juga buyer Korea kelihafan langsung panik dan akhirnya bilang: "OK, deal! Saya ambil 300 kg sekarang!"
Padahal sih ... sebenarnya gudang Anda masih ada 3 ton. Tapi kan gak perlu kasih tahu dia! Inilah taktik scarcity, seni bikin buyer takut kehabisan sehingga mereka buru-buru deal tanpa mikir panjang.
Â
Jadi Apa itu Taktik Scarcity?
Scarcity, atau kelangkaan, adalah teknik yang memanfaatkan persepsi bahwa sesuatu itu langka atau terbatas. Adapun dalam konteks dengan ekspor-impor, bisa berupa stok barang yang terbatas atau masa tawar yang "terbatas". Seolah-olah, si penjual sudah kehabisan produk, dan kamu, sebagai pembeli, harus segera mengambil keputusan atau kehabisan kesempatan.
Scarcity juga sebagai suatu prinsip psikologi dimana orang lebih menginginkan sesuatu ketika persediaannya terbatas. Di dunia ekspor-impor, taktik ini bertujuan untuk :
- Mempercepat keputusan buyer yang biasanya mikirnya agak kelamaan.
- Mencegah buyer nawar keterlaluan
- Bikin harga bisa lebih tinggi