Mohon tunggu...
Sri Devi Fortuna
Sri Devi Fortuna Mohon Tunggu... profesional -

290989.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Merdeka! (atau mati)

17 Agustus 2012   22:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:36 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata-kata tersebut sangat sering dikumandangkan ketika zaman perang kemerdekaan dulu. Ya, memang benar demikian adanya saat itu, merdeka atau mati. Pernahkah kalian membayangkan, bagaimana seandainya jika kita yang berada di masa itu. Saya pribadi jujur pasti saya sudah mati saat itu, karena entah mengapa saya berpikir, mau berusaha seperti apapun, ujung-ujungnya mati. Pemikiran seorang pesimis.

Hal ini menunjukkan kepada saya betapa besarnya semangat juang para pahlawan kita dulu. Bermodalkan peralatan sederhana, persatuan dan semangat juang yang tinggi membuahkan kemerdekaan. Jika kondisi tersebut ditarik ke zaman sekarang, perjuangan kita bukan lagi merdeka atau mati, tetapi perkara mempertahankan kemerdekaan itu sendiri yang sekarang lebih penting. Sebagaimana kita ketahui, mempertahankan jauh lebih sulit daripada meraihnya.

Kita sekarang tidak lagi perlu membawa bambu runcing dan meneriakkan merdeka atau mati. Kita juga tidak perlu merasakan dibuang ke tempat pengasingan, dipenjara, atau melakukan rapat secara sembunyi-sembunyi. Terima kasih kepada para pahlawan, kita sekarang bebas menyuarakan pendapat, isi hati, pikiran, bebas berkarya, bersosialisasi yang tentunya disertai tanggung jawab tanpa perlu lagi mengkhawatirkan hal-hal di atas. Kita sekarang sudah MERDEKA.

Tapi tak jarang orang bertanya, apa benar kita sudah benar-benar merdeka? Pertanyaan itu selalu ditanyakan setiap tahunnya. Belum lagi pertanyaan mengenai nasionalisme. Mana yang lebih baik? Orang yang mengumbar kata-kata nasionalisme setahun sekali di jejaring sosial yang tak jarang juga menggunakan bahasa asing, atau seseorang yang memakai baju bertuliskan i love indonesia di mana kata i love itu sendiri adalah bahasa asing, atau seseorang yang diam tidak banyak bicara di hari ulang tahun negara kita ini, tapi melakukan langkah nyata bagi bangsa dan negara di setiap harinya, sebagai contoh dengan mengabdikan diri untuk mengajar anak-anak di pelosok nusantara atau mengabdikan diri untuk meningkatkan taraf kesehatan di daerah timur Indonesia. Anda sendiri yang menilai.

Merdeka atau tidaknya kita sekarang bergantung pada pemikiran masing-masing orang. Bagi saya sendiri tidak muluk-muluk, asalkan bisa menetapkan pilihan hidup sesuai kata hati, itu sudah merdeka.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun