Mohon tunggu...
Sri Anjani
Sri Anjani Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jagung Naik, Peternak Tercekik

4 November 2018   16:04 Diperbarui: 4 November 2018   16:05 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minimnya stok jagung di pasar membuat harga jagung naik. Akibatnya, para peternak jadi tercekik. Menurut informasi, harga jagung sekarang mencapai Rp5300 lebih per kilogram.

Kenaikan harga akibat stok berkurang, adalah konsekuensi dari tidak adanya stok jagung nasional. Meski terbilang sebagai salah satu sumber bahan makanan pokok, perlakuan jagung dengan beras sangatlah berbeda. 

Pemerintah tidak menyimpan stok jagung di gudang Bulog, beda dengan beras. Selain itu, tidak ada neraca jagung nasional. Akibatnya, tidak ada yang punya data pasti mengenai persediaan jagung nasional saat ini, perhitungan kebutuhannya, serta produksi per bulannya. 

Kalaupun ada angka, itu sebatas pada kebutuhan jagung oleh kelompok peternak ayam petelur sejumlah 780 ribu ton per bulan yang dibutuhkan oleh sekitar 1,8 juta peternak ayam petelur.

Data jagung yang simpang siur itu menjadi peluang bagi pemburu rente, untuk mencari untung dengan menciptakan spekulasi. 1,8 juta peternak adalah makanan empuk bagi para pencari rente itu. 

Jagung naik. [meme dokpri]
Jagung naik. [meme dokpri]
Dengan kondisi seperti ini, seharusnya pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian membenahi data jagung nasional. Karena bila datanya salah, maka kebijakan yang dikeluarkan jadi ikutan salah. Contohnya adalah tahun 2015 lalu, Kementerian Pertanian membatasi impor jagung dengan alasan suplai jagung mencukupi.

Tapi kenyataanya, peternak malah ganti impor gandum lantaran dilarang impor jagung. Artinya, pasokan jagung nasional memang tidak mencukupi, sehingga peternak tetap harus mengimpor bahan pakan untuk ternak mereka.

Sayangnya, pihak Kementerian Pertanian masih saja menyangkal terjadinya kelangkaan jagung di pasaran. Mereka keukeuh bilang, hasil panen lokal sangat cukup. Bahkan kita sudah ekspor jagung keluar negeri.

Entah apa yang salah di benak Menteri Pertanian. Karena tidak ada asap tanpa ada api. Naiknya harga jagung, tentu disebabkan oleh sesuatu. Dan ketimbang beretorika dan menyangkal, lebih baik Menteri Pertanian fokus menurunkan harga jagung sehingga terjangkau dan tidak memberatkan peternak. 

Mentan juga tidak usah bermain lagi dengan data. Terbukti di urusan beras kemarin, data Kementan salah kaprah.

Sumber berita

Piknik [meme dokpri]
Piknik [meme dokpri]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun