Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Jangan Antipati di Bulan Suci, Mari Saling Berempati

23 Maret 2024   08:50 Diperbarui: 23 Maret 2024   09:01 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi Takjil - buk.ung.ac.id

Bulan puasa merupakan bulan yang paling penting bagi seluruh umat muslim di dunia, termasuk di Indonesia. Ramadan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan. Tak heran jika semua umat muslim sangat menanti kehadiran bulan suci ini. Bahkan ketika Ramadan, semua orang berlomba untuk berbuat kebaikan agar mendapatkan keberkahan.

Namun, tidak sedikit dari sebagian orang yang merasa berlebihan dalam menghadapi bulan suci. Salah satunya kurangnya empati, yang didasarkan karena menegakkan ajaran agama. Contoh sederhana adalah ketika adanya tempat makan yang buka ketika Ramadan, selalu memicu polemik di tengah masyarakat. Hal yang terus terjadi tersebut, harus kita sudahi. Karena sejatinya bulan suci bukan untuk saling melakukan antipasti, tapi harus mengedepankan empati.

Simpati dan empat sejatinya merupakan karakter kita sebagai masyarakat yang majemuk. Keragaman semestinya sudah menjadi hal yang lumrah. Karena karakter masyarakat Indonesia, sudah beragam sejak dari dulu. Bahkan sebelum Islam masuk ke Indonesia, keragaman itu sudah terjadi. Tidak hanya keragaman suku, bahasa dan budaya, keragaman agama pun juga sudah ada. Karena itulah, saling menghargai dan menghormati merupakan keniscayaan yang tak bisa dihindari di Indonesia.

Begitu juga dalam menjalankan ibadah puasa. Meski mayoritas masyarakat Indonesia seorang muslim dan menjalankan ibadah puasa, bukan berarti tidak boleh ada warung yang buka selama puasa. Karena warung yang buka tersebut bisa jadi untuk membantu masyarakat yang tidak puasa. Atau bisa juga untuk membantu masyarakat yang non muslim, jika ingin membeli makanan. Sepanjang warung makan tersebut tidak terbuka secara vulgar, semestinya tidak menjadi persoalan.

Sekali lagi, membiasakan berempati itu menjadi penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dan puasa, merupakan salah satu upaya agar kita belajar saling berempati. Ketika kita puasa, setidaknya kita bisa merasakan bagaimana rasa lapar dan haus, yang sering dirasakan oleh masyarakat yang kurang mampu. Ketika kita bisa merasakan dan memahami, harapannya bisa menimbulkan kepedulian terhadap masyarakat kurang mampu. Disitulah muncul budaya saling berbagi antar sesama.

Empati ini juga bisa memperkuat solidaritas dan antar sesama. Dalam tradisi masyarakat Indonesia, bentuk dari empat ini adalah gotong royong. Tradisi yang terjadi ini harus terus dipertahankan, agar kita tidak bisa kehilangan jatidiri sebagai bangsa Indonesia. Mari terus pertahankan tradisi saling berempati tanpa memandang perbedaan suku, agamam bahasa dan budaya. Mari saling memahami dan merasakan penderitaan orang lain. Dan berpuasa, sekali lagi merupakan salah satu cara untuk bisa memahami penderitaan orang lain.

Selama bulan puasa, kita dituntut untuk bisa saling mengendalikan hawa nafsu, lapar dan haus. Puasa juga mengajarkan kita kesabaran. Untuk bisa melakukan hal tersebut, sekilas memang terkesan sederhana. Namun untuk menjalankan perlu perjuangan yang keras. Karena puasa pada dasarnya juga mengajarkan kita untuk melakukan introspeksi dan memperbanyak berbuat baik. Karena perbuatan baik itu sejatinya merupakan bagian dari ibadah. Dan empat merupakan bagian dari perbuatan baik. Karena itulah mari kita saling berempati, bukan saling antipasti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun