Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluarga dan Upaya Menanamkan Pendidikan Anti Kekerasan

12 Maret 2023   02:19 Diperbarui: 12 Maret 2023   05:57 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta Damai - jalandamai.org

Kita semua saat ini tentu masih ingat bagaimana video kekerasan yang dilakukan Mario, anak pegawai pajak yang dipecat beberapa waktu lalu. Rekaman video yang viral tersebut membuat semua pihak marah. Bagaimana mungkin seorang anak kecil di tendang, hingga koma dalam waktu berhari-hari. Kekerasan yang dilakukan Mario tersebut hanyalah salah satu dari sekian banyak kekerasan yang terjadi di seluruh Indonesia. Tidak sedikit dari anak muda Indonesia, gemar melakukan kekerasan hanya karena persoalan yang sangat remeh temah.

Perilaku kekerasan tersebut tentu harus menjadi perhatian kita semua. Jangan sampai kekerasan tersebut terus dipelihara dan menyebar ke lingkungan sekitar. Dan keluarga punya perenan penting, untuk memutus bibit kekerasan pada anak. Dan salah satu yang punya peranan penting dalam keluarga adalah seorang ibu. Karena pada umumnya anak mempunyai waktu lebih bayak dengan ibunya, dari pada dengan ayahnya.

Kenapa bibit kekerasan bisa melekat pada anak? Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan perkembangan zaman yang ada. Hal ini juga tidak bisa dilepaskan dengan perkembangan teknologi informasi, yang membuat banyak orang bisa dengan mudah mendapatkan akses informasi. Gaya hidup mewah, juga turut mempengaruhi pola kembang sang anak kelak. Apa yang terjadi pada Mario, tentu tidak bisa dilepaskan dari pola didik keluarganya. Gaya hidupnya yang hedon, juga tidak bisa dilepaskan dari orang tuanya.

Pendidikan karakter yang dicontohkan orang tua, akan dengan mudah diserap oleh sang anak. Jika orang tua memberikan contoh yang salah, tidak menutup kemungkinan contoh yang salah itulah yang akan dicontoh oleh anaknya. Dan dalam upaya membentuk karakter anak ini, perenan sang ibu tidak bisa dianggap remeh. Sang ayah juga punya peranan tinggi, namun sang ibu dengan kasih sayangnya, juga punya peranan dalam tumbuh kembang sang anak. Pengaruh dunia luar yang bisa membuat perilaku sang anak melenceng, perlu menjadi perhatian para ibu dan orang tua.

Menjadi tugas kita semua, termasuk para ibu dan orang tua, untuk memutus bibit kekerasan pada anak. Karena bibit kekerasan itulah yang berpotensi mendekatkan diri mereka pada radikalisme. Apalagi menurut survey LIPI, sempat dijelaskan bahwa 21 persen siswa menyatakan Pancasila tidak relevan digunakan bangsa ini. Selain itu, 52,3 persen siswa setuju kekerasan untuk solidaritas agama dan 14,2 persen membenarkan aksi pemboman dilakukan kalangan radikal.

Hasil penelitian LIPI tersebut, satu hal dari sekian banyak ancaman dan tantangan yang harus dihadapi anak saat ini. Sekali lagi, menjadi tugas kita semua untuk mencegah maraknya bibit kekerasan dan radikalisme pada diri anak. Jangan biarkan generasi penerus negeri ini, tumbuh menjadi generasi yang tidak pernah menghargai antar sesama. Negeri ini sangat majemuk, sehingga butuh generasi yang menghargai perbedaan.

Ideologi kekerasan jelas tidak menghargai perbedaan. Ideologi kekerasan justru hanya akan merugikan orang lain. Perilaku yang ditunjukkan Mario, bagian dari output ideologi kekerasan yang ada dalam dirinya. Sekali lagi, putus ideologi kekerasan dan menggantinya dengan ideologi yang humanis, yang lebih menghargai dan menghormati antar sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun