Mohon tunggu...
S K
S K Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang anak yang tinggal di Jepang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dipalak Petugas Bandara

22 Januari 2011   12:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12956984041653236460

Kebetulan saya bekerja sebagai trainer di sebuah perusahaan industri otomotif di Jepang. Perusahaan ini mempunyai pabrik di sekitar 40 negara di dunia, yang salah satunya adalah Indonesia. (Di Indonesia perusahaan ini mempunyai dua pabrik di Tangerang, dua pabrik di dekat Surabaya dan satu pabrik di Semarang.) Sebelum perusahaan ini mengirim para expatriate-nya ke empatpuluh negara tersebut, mereka diharuskan untuk mengikuti program intensif bahasa yang dipakai di negara, di mana para expatriate itu akan ditugaskan. Perusahaan ini memang sadar akan perlunya komunikasi yang baik antara staf dari Jepang dengan staf lokal. Oleh karena itu pihak perusahaan mengharuskan para calon expatriate-nya untuk belajar 8 jam sehari, 5 hari seminggu, selama 1,5 bulan.

 

Calon expatriate ini menceritakan pengalamannya ketika kami sedang dalam proses belajar mengajar di kelas. Pada bulan Oktober yang lalu ia dikirim ke Jakarta untuk melihat pabrik dan situasi kota selama tiga hari. Karena kepergiannya bukan untuk bekerja, ia membayar visa on arrival di loket pembayaran visa di dalam bandara Soekarno-Hatta. Setelah itu ia berjalan ke arah konter imigrasi. Sebelum mencapai konter, ia dipanggil oleh seseorang yang berpakaian seragam seperti seragam petugas bandara. Ia diminta membayar uang Rp. 150.000. Karena baru pertama kali ke Indonesia dan tidak mengerti ucapan petugas tadi, akhirnya ia memberikan jumlah uang yang ditulis di kertas oleh petugas tersebut dan setelah itu ia diperbolehkan meneruskan perjalanannya ke konter imigrasi.

 

Calon expatriate ini sadar bahwa ia sudah ‘dipalak’ oleh petugas tadi, tetapi karena tidak ingin mendapat masalah dan merasa bahwa kejadian itu disebabkan oleh kesalahannya yang tidak dapat berbicara Bahasa Indonesia, ia mengiklaskan semuanya.

 

Mendengar ceritanya tentu saja saya merasa malu. Apalagi sebagai trainer, saya tidak hanya mengajarkan bahasa tetapi juga budaya dan kebiasaan orang Indonesia. Mau tidak mau saya mengajarkan bagaimana caranya untuk mengatasi akal-akalan petugas di bandara atau pegawai di kantor yang kemungkinan besar akan dihadapinya selama lima tahun penugasannya di Indonesia.

 

Mudah-mudahan pengalaman ini tidak dialami oleh para expatriate atau turis atau siapa pun, karena bandara adalah pintu gerbang negara kita yang menanamkan image pertama di benak tamu-tamu kita. Jadi, keamanan, kenyamanan dan kepercayaan seharusnya di mulai dari bandara. Saya yakin, jika tamu-tamu kita nyaman, negara kita jugalah yang akan mendapat keuntungannya.

[caption id="attachment_85137" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi diambil dari google"][/caption]

Salam dari seorang warga Indonesia di negeri sakura.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun