Mohon tunggu...
Sovi Mariyana
Sovi Mariyana Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah guru SD

Saya adalah seorang guru. memilki hobi menulis, membuat konten sangat berpegnaruh pada profesi saya sebagai guru. Saya bisa memetik banyak pelajaran dan pengalaman sebagai guru yang bisa saya jadikan bahan untuk menulis dan membuat konten. Mengangkat banyak pelajaran, pengalaman, dan isu-isu dalam pendidikan bisa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Inspiratif. Refleksi Setahun Guru Penggerak, Tantangan yang Tiada Akhir

24 Februari 2024   05:51 Diperbarui: 24 Februari 2024   08:39 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Pendampingan Guru (Dokpri)

Sovi Mariyana, S.Pd.Gr. Guru Penggerak Sumenep dari SDN Kebundadap Timur I

Lulus dari Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) pada akhir tahun 2023 ternyata bukanlah akhir dari perjuangan kami dalam menjalani program pemerintah ini, tapi malah awal perjuangan kami sebagai Guru Penggerak (GP). Menyandang predikat sebagai guru penggerak tidaklah senikmat pujian dan sanjungan yang kami terima dari para rekan-rekan guru karena sudah lulus seleksi GP dan berhasil menjalani Pendidikan selama 6 bulan. Tapi sebaliknya kini lebih sering mendengar ungkapan miringi yang menurutku membuat kredibilitas kami selaku GP jadi menurun. Bagaimana tidak menurun, selama menjadi GP dalam setahun pertama ini, jujur kami kurang melakukan gerakan sebagaimana yang diharapkan BBGP. Jangankan menggerakkan komunitas, menggerakkan rekan sejawat dilingkungan sekolahpun susahnya minta ampun. Adakah yang salah? Lantas dimanakah letak kesalahan?,Mengapa GP jadi kurang bermanfaat sesuai tujuannya?

Kami tak perlu mencari kesalahan dari orang lain, Kamilah yang harus berbenah. Untaian kalimat pedas dari rekan sejawat, atasan, dan pengawas yang mengatakan bahwa guru penggerak tak punya peran dan kontribusi apa-apa dalam kemajuan Pendidikan di daerahnya, bahkan selentingan terdengar guru penggerak tak jauh beda dengan guru lain. Bagaimana kami dapat berperan, Sebagian besar dari kami tak mendapat ruang dan kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan baru terutama yang kami dapat di bangku Pendidikan GP. Program yang kami ajukan hanya jadi narasi yang terlewatkan, inovasi kami atau praktik baik kami cukup jadi teman setia kami sejak kami belum jadi GP. Bahkan yang lebih menyedihkan, guru-guru yang awalnya menganggap kami ada Teacher is the best karena mereka menganggap, guru yang lulus seleski PGP adalah guru yang hebat, guru yang menjadi guru penggerak adalah guru terbaik, setelah selang beberapa bulan berjalan, bagi sebagian guru, kami adalah guru biasa seperti guru kebanyakan (sebagaimana juga yang dikatakan oleh seoang narsum dalam tayangan media social Tiktok)

Kami tidak menyuruh mereka mendewakan kami dengan predikat ini. Dan ketika kami yang terpilih lulus seleksi PGP ini kami tidak menganggap karena kami adalah terbaik apalagi terhebat yang bisa segalanya, karena selain kami , dan realitanya masih banyak guru-guru yang hebat dibidangnya masing- masing dengan bakat dan minatnya melebihi kami para GP. Masih banyak guru yang lebih kompetens namun mereke belum beruntung sehingga tidak lulus seleksi PGP ini, atau mereka belum berkesempatan untuk mengikuti seleksi ini dikarenakan banyak hal atau urusan kedinasan yang lebih penting yang harus mereka selesaikan. Mendapat kesempatan lulus dan menjadi GP, bagi kami adalah Amanah dan hanya Alah yang tahu rahasia dibalik keputusannya memberi kami kesempatan menjadi GP.

Namun walau bagaimanapun semua itu bukan menyurutkan Langkah kami, kalimat itu seperti jamu, pahit dirasa tapi bermanfaat bagi evaluasi kami sebagai GP. Sindiran pedas kami anggap petuah bermakna yang cukup membangunkan kami , mencambuk kami untuk bangkit dari keputus asaan, dari rasa pesimis, dan merasa tak berguna. Tidak didengar, kurang dihargai, tidak mendapat ruang, sudah tidak lagi kami jadikan alasan untuk berhenti bergerak demi kemajuan dan peningkatan kualitas Pendidikan baik dari segi pendidik, siswa, dan sekolah. Karena kami sadar, disitulah sebenarnya letak tantangan kami dalam menggerakkan guru lain.

Memang tidak mudah bangkit dari zona nyaman. Kami harus bangkit dan membuktikan bahwa kami layak menyandang gelar GP. Dari pahit manis pengalaman setahun ini, kami berusaha melakukan refleksi diri Bersama para GP di Sumenep. Dari evaluasi itu, kami mulai menyadari, ketika kami hanya mampu menggerakkan diri kami sendiri dan segelintir orang, dan belum mampu menggerakkan banyak lain (guru), bukan karena mereka (rekan guru) yang enggan, tapi karena kami yang kurang maksimal dalam mengajak mereka untuk melakukan pengembangan diri dan peningkatan kompetensi, kami berhenti dengan keputus asaan dan beranggapan bahwa usaha kami sudah maksimal dan tak kan membuahkan hasil, padahal kita akan merasakan nikmatnya buah perjuangan jika kita terus maju melaju secara konsisten mengalahkan rasa pesimis, kecewa dan putus asa. Jika mereka terkesan kurang menghargai ajakan kami , bukan karena mereka kurang attitude, tapi bisa jadi cara kami yang kurang familiar, kreatif, dan inovatif. Jika kami tidak atau kurang mendapat ruang untuk menunjukkan eksitensi kami , bukan karena beliau-beliau yang diatas itu pelit tapi karena kami yang pasif, kurang bergerak, kurang responsive, hanya menunggu bola, bukan menjemput bola. Kami kurang berusaha untuk memantaskan diri agar mereka percaya, bahwa guru penggerak yang ada di lingkungan mereke adalah guru pengerak yang berkualitas dan berpotensi.

Setahun yang lalu pada Desember 2022, bolehlah kami menoleh kebelakang sebagai evaluasi dan refleksi bagi kami, sebagai runway bagi kami selaku GP untuk menyongsong era 2024, menyongsong era baru bagi kami, semangat baru, strategi baru,ide dan program baru untuk eksistensi GP kedepan yang lebih baik. Kami tidak akan lagi hanya mengandalkan keteladanan, karena keteladanan saja tanpa aksi belum cukup. Kami akan mengajak, menggandeng, menuntun, dan membersamai rekan-rekan kami, sesama guru dan anak didik kami, bahkan wali murid dan masyarakat, untuk melangkah maju menyongsong era baru, era digital dan membersaamai siswa-siswi kami sesuai kodrat alam dan kodrat zaman sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara.

Kami tidak akan lagi menjadi penjaga gawang yang hanya menunggu bola atau kesempatan, tapi kami akan berusaha menjadi pemain yang menjemput bola/kesempatan/peluang agar program-program kami, ide-ide kami, kreatifitas dan inovasi kami dapat tersalurkan dan terlaksana. Akan kami kalahkan egosi kami, kami akan suka dan tidak takut berbagi, berdiskusi, dan berkolaborasi melalui banyak media dan ruang (WA grup/story, Youtube, Tiktok, IG, Instagram, FB atau media social lainnya. KKG, MGMP, K3S, atau komunitas belajar) yang ada di sekitar kami. Semoga harapan sejalan dengan ridho Ilahi. Karena harapan dan Langkah kami adalah impian dunia Pendidikan, dan sambutan dan support dunia Pendidikan pada kami adalah semangat kami. Guru penggerak, terus melaju untuk Pendidikan Indonesia yang lebih maju, Guru Penggerak siap menjadi bagian transformasi Pendidikan Indonesia di masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun